Pada Senin malam (25/10) , jemaah dari berbagai belahan dunia sudah memadati masjid terbesar dan megah tersebut.
Tetapi, anggota rombongan jemaah Indonesia bayak pula memisahkan diri karena tak masuk melewati pintu Babus Salam. Setelah lepas dari rombongan, baik secara perseorangan maupun dua tiga orang, mereka berusaha mencari pintu yang bernama Babus salam.
Tingginya animo jemaah haji Indonesia melintasi pintu Babus Salam, tentu punya latar belakang tersendiri. Apa alasannya, hingga kini tak ada jawaban yang memuaskan.
Petugas sektor 12, khusus jemaah haji Indonesia, mengakui banyak lepas dari kelompoknya atau melepaskan diri dari rombongan hanya semata ingin mengawali masuk Masjidil Haram lewat pintu Babus Salam.
Dua calhaj asal Probolinggo merasa kecewa ketika berada di dalam masjid. Kedua orang ini saling menyalahkan karena tak lewat pintu Babus Salam. Pasalnya, baru belakangan mereka tahu bahwa pintu yang dilewati sebelumnya bukan Babu Salam.
"Sudahlah. Sudah di dalam sekarang. Mau keluar pun tak mungkin lagi, padat sekali," kata rekannya menimpali.
Bagi rombongan jemaah haji Indonesia, pintu Babus Salam, dikenali jika yang bersangkutan sudah melewati lokasi Maulid Nabi. Lokasi itu merupakan rumah atau kediaman Rasulullah dilahirkan. Bagi Nabi Muhammad SAW, karena dekat, tentu melintas dari arah itu jika hendak ke Ka`bah.
Kini Masjidil Haram memiliki banyak pintu dengan memiliki nama masing-masing. Antara lain Shafa, Darul Arqam, Ali, Abbas, Bani Syaibah, King Fhad.
Memang, bagi orang Indonesia, hingga kini diyakini dari kesemua pintu tersebut, terdapat sebuah pintu di Masjidil Haram yang populer. Jika tak melewati pintu itu, rasanya tak sempurna dalam menunaikan ibadah hajinya.
Kenyataan ini berbeda dengan calon haji dari India atau Pakistan. Mereka juga punya pintu masuk yang jadi favoritnya dalam mengawali masuk Masjidil Haram, kata Ketua Sektor Khusus Masjidil Haram, Ali Saifudin.
Bagi calon haji, pintu Babus Salam diyakini punya berkah tersendiri bagi yang mengawali masuk masjid tersebut. Namun lepas dari keyakinan tersebut, yang jelas masuk melalui pintu tersebut akan dapat langsung melihat ka`bah, Hajar Aswat, Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail.
Masjidil Haram, sejak dahulu, merupakan pusat kota Mekkah. Di dalam masjid terbesar di dunia ini, di dalamnya terdapat Ka`bah sebagai arah kiblat umat Islam saat sholat. Adalah Sayyidina Umar bin Al Khattab, pada tahun 638 M, yang mengawali pembangunan masjid tersebut secara permanen.
Masjidil Haram tak henti hentinya diperbaharui. Termasuk diperluas yang dimotori para raja Islam yang memberi perhatian terhadap Masjidil Haram. Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar "Pelayan Dua Tanah Haram Mekkah dan Madinah".
Disebut Tanah Haram karena Tanah ini diharamkan bagi umat lain, selain umat Muslim. Saat ini luas Masjid Al Haram 328.000 meter persegi dan dapat menampung lebih dari satu juta orang dalam satu waktu sholat berjamaah.
Masjid ini melingkari Ka`bah, maka pintunya banyak. Ada empat pintu utama dan 45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari.
Keistimewaan Masjidil Haram banyak sekali, antara lain shalat di masjid ini lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal baik.
I`tikaf
Karena keistimewaan dan keutamaan dari shalat, zikir dan berdoa di Masjidil Haram itu, banyak calon haji dari tanah air menyempatkan diri untuk beri`tikaf. Kepadatan calon haji bertawaf, berebut tempat duduk, -- terutama yang langsung menghadap pintu Ka`bah, -- bukan halangan untuk melepas rindu akan kebesaran menyaksikan Baitullah, Ka`bah.
Seorang calhaj dari Jakarta, Ahmad, mengatakan, i`tikaf punya nilai tinggi dalam spiritual haji. Selain memiliki keutamaan pahala besar, juga sebagai ajang introspeksi. Bukan sekedar minta ampunan kepada Allah, tetapi lebih dari itu. Mengakui keesaan Allah, sekaligus melepaskan kerinduan.
"Kerinduan yang bertahun-tahun didambakan, menunaikan ibadah haji," katanya, bernada sedih.
Lantas ia berceloteh, umat muslim di tanah air mendambakan menunaikan ibadah haji. Kalau yang punya duit banyak, dapat ikut biro perjalanan, ikut haji khusus. Tapi, yang kemampuan terbatas, ikut mendaftar haji reguler.
"Kita masuk daftar tunggu, bertahun-tahun ngumpulin duit, baru sekarang bisa ikut. Uda tua lagi," ia menjelaskan dengan logat Betawi.
Jutaan umat Islam dari tanah air ingin menunaikan ibadah haji. "Coba liat, daftar tunggunya, bererot kaya keong racun," ujarnya lagi.
Seorang ulama, yang ikut i`tikaf -- yang waktunya bersamaan dengan pengangkatan kiswah(selubung Ka`bah,red) , sekitar 20 persen kini Ka`bah dindingnya dapat terlihat langsung, dan sebagian kiswah yang dilipat dilapisi kain putih -- mengakui bahwa kegiatan yang dilakukannya itu semata-mata mencari rido Allah.
"Berzikir, berfikir dan mengakui keesaan Allah dan segala kebesaran-Nya, merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang diperoleh selama ini," kata ulama yang tak mau disebut jatidirinya.
I`tikaf, jika di tanah air, banyak dilakukan 10 hari menjelang Idul Fitri. Hal yang sama juga terjadi di tanah suci. Ketika Ramadhan, banyak orang yang sedang menjalankan umroh melakukan
i`tikaf. Karena itu, saat Ramadhan, aktivitas di Masjidil Haram, tak kalah dengan musim haji yang tengah berlangsung pada musim haji 1431 H/2010 M ini.
Lantas, bagaimana pahala orang yang i`tikaf saat menjalankan ritual haji di Tanah Suci Mekkah Almukaromah?. Hanya Allah yang tahu dalam hal ini. Yang jelas, i`tikaf memiliki keutamaan.
Dalam sebuah laman disebutkan bahwa i`tikaf berarti berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari`ah agama, maka i`tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.
Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersabda : "Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah SAW. Biasa beri`tikaf pada 10 hari terakhir pada Ramadhan." (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
"Dari Abu Hurairah R.A. ia berkata, Rasulullah SAW biasa beri`tikaf pada tiap bulan Ramadhan 10 hari, dan tatkala pada tahun beliau meninggal dunia beliau telah beri`tikaf selama 20 hari. (Hadist Riwayat Bukhori).
Kesemua ini, kata ulama Betawi yang tak mau disebutkan namanya itu, dimaksudkan untuk menghidupkan sunnah sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam rangka pencapaian ketakwaan bagi hamba-Nya. I`tikaf juga dimaksudkan untuk menempa diri agar lebih taat dan tunduk kepada Allah.
"Seseorang yang tinggal di masjid mudah untuk memerangi hawa nafsunya, karena masjid adalah tempat beribadah dan membersihkan jiwa," katanya, yang kemudian disusul dengan ucapan Astagfirullah.
(E001/A011)
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010