Yogyakarta (ANTARA News) - Para pengungsi erupsi Gunung Merapi di tenda pengungsian Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa malam, membutuhkan pakaian hangat dan obat.

Mereka yang terpaksa tidur di tenda menyusul erupsi Gunung Merapi, Selasa petang, harus memakai pakaian hangat atau minum obat agar tidak sakit, karena suhu udara di lokasi pengungsian cukup dingin setelah hujan.

"Kami membutuhkan pakaian hangat untuk mengurangi rasa dingin, juga obat untuk mencegah sakit. Kebutuhan itu terutama untuk anak-anak, lansia, ibu hamil, dan ibu menyusui karena mereka tidur di tenda yang didirikan di lapangan," kata seorang pengungsi Sunardi (52).

Ia mengatakan, aparat terkait harus menyediakan kebutuhan tersebut sehingga para pengungsi tidak kedinginan. Jika mereka kedinginan dikhawatirkan akan terserang masuk angin, batuk, dan pilek.

"Hal itu harus mendapatkan perhatian aparat terkait agar para pengungsi tidak sakit. Aparat terkait diharapkan tidak hanya menyediakan makanan, tetapi juga pakaian hangat dan obat bagi para pengungsi," katanya.

Pengungsi lain Mulyono (50) juga mengatakan, suhu udara malam ini cukup dingin sehingga para pengungsi membutuhkan pakaian hangat atau selimut untuk menghangatkan badan.

"Kami berharap aparat terkait dapat segera menyediakan kebutuhan tersebut agar para pengungsi yang tidur di tenda tidak kedinginan dan sakit," katanya.

Di lapangan Purwobinangun telah didirikan empat tenda besar untuk penampungan sementara pengungsi yang sebagian besar merupakan lansia, perempuan, dan anak-anak.

Sementara itu, terputusnya aliran listrik di kawasan Kaliurang, Kaliadem, dan sekitarnya membuat penerangan di lokasi pengungsian menjadi terbatas. Di setiap barak pengungsian hanya disediakan satu genset.

"Masing-masing barak pengungsian sudah dilengkapi genset, tinggal dimaksimalkan untuk penerangan. Jika memungkinkan akan didatangkan alat penerangan tambahan," kata staf penanggulangan bencana di Posko Utama Pengawasan Merapi di Pakem, Totok. (B015*V001/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010