Yogyakarta (ANTARA News) - Abu vulkanik Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah, dilaporkan belum mengganggu penerbangan pesawat terbang yang melintas di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa malam.
"Sampai saat ini penerbangan masih normal, tetapi pesawat dari timur harus terbang di ketinggian minimal 11.000 kaki, sebelum mendarat di Bandara Adisutjipto," kata Manajer Operasional PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Halendra YW di Yogyakarta.
Hal itu, menurut dia untuk menghindari kemungkinan masuknya abu vulkanik Merapi ke mesin pesawat yang dapat membahayakan penerbangan.
Ia mengatakan ketinggian abu vulkanik gunung berapi ini diperkirakan mencapai 10.000 kaki, sehingga harus ada interval ketinggian minimal 1.000 kaki, agar abu tidak masuk ke mesin pesawat terbang.
"Pada malam ini masih ada delapan penerbangan di Bandara Adisutjipto, dan penerbangan terakhir menuju ke timur yaitu Bali. Berdasarkan informasi, arah angin saat ini menuju barat daya," katanya.
Diperoleh keterangan, khusus pesawat Garuda yang biasanya terbang di atas kawasan Gunung Merapi, kini mengalihkan jalurnya ke selatan, menjauhi gunung itu.
Awan panas Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa petang, arah luncurannya ke selatan dan barat daya.
Namun, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) tidak bisa mengetahui jarak luncur awan panas tersebut, karena gunung tertutup kabut.
Informasi dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebutkan luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB. (E013/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010