Sungai Kakap, Kalbar (ANTARA News) - Joko Purwanto (14) putra bungsu dari 4 bersaudara pasangan Wagianto (48) dan Farida (62) menjalani kehidupan sehari-hari selama 14 tahun tanpa memiliki anus secara normal seperti anak seusianya.

"Selama ini, Joko hidup dengan anus buatan di bagian kiri perutnya," kata Wagianto di Kecamatan Sungai Kakap, Selasa.

Berdasarkan penuturan Wagianto, sejak berumur 3 hari Joko divonis memiliki kelainan atau penyumbatan pada anusnya, karena asupan makanan yang dicerna tak kunjung dikeluarkan secara normal dan kondisi perutnya terus membesar.

Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan saran dokter, Wagianto dan istrinya mengambil keputusan mengoperasi untuk pemotongan saluran anus dan pembuatan lubang anus di bagian perut.

Keputusan berat ini diambilnya karena tak ingin kehilangan buah hati mereka. "Keputusan berat ini terpaksa kami ambil, karena saat itu anak berumur tiga hari belum memungkinkan untuk melakukan operasi lubang anus, kecuali pembuatan saluran di perut," jelas warga RT 02/RW 08 Dusun Merak Desa Sungai Kakap itu.

Namun, setelah sukses dengan operasi itu, dokter menyarankan agar Joko diusia dua tahun harus menjalani operasi lagi untuk penggunaan anus secara normal. "Tapi karena untuk hidup sehari-hari saja saya sudah pas-pasan, saya tidak berani menanyakan berapa besaran biaya operasi untuk anak saya. Bagaimana mungkin saya berani bertanya, kalau saya tidak bisa menyediakan uangnya," tuturnya.

Meski begitu, Joko tetap tumbuh sebagai anak yang sehat secara fisik, namun secara mental memang agak terbelakang. Wagianto pun tidak tahu pasti, kemungkinan apa yang terjadi pada anaknya.

Saat ini, anus buatan di perut Joko itu harus ditutupi menggunakan kain. Kalau buang air besar, barulah dicuci. "Kalau tidak ditambal dengan kain, sewaktu kotoran keluar juga mengeluarkan bau tidak enak, namanya juga kotoran," ujarnya.

Lanjutnya, pertumbuhan psikis Joko memang tidak seperti anak seusianya yang saat ini sudah duduk di bangku SMP. "Dia mengerti apa yang kita bicarakan, tapi untuk pengucapannya memang agak sulit," ungkap Wagianto.

Di sisi lain, anak bungsunya itu saat ini hanya bisa bermain dengan anak-anak kecil (usia SD), namun Wagianto tidak berani melepaskannya jauh dari rumah. "Saya khawatir dia menjadi bahan ejekan teman-temannya," tuturnya.

Wagianto berharap, anaknya bisa normal kembali seperti anak seusianya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tentunya Wagianto berharap uluran tangan dari dermawan maupun dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya. (ANT-171/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010