Lumajang (ANTARA News) - Guguran lava pijar di Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih dalam kategori aman.
"Selama sebulan terakhir, guguran lava pijar Gunung Semeru maksimal 100 meter dan cukup jauh dari permukiman penduduk di lereng Semeru," kata Kepala Pos Pantau Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Suparno, saat dihubungi ANTARA, Selasa.
Lokasi pos PPGA Semeru berada di Gunung Sawur yang terletak di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Menurut Suparno, aktivitas kegempaan di kawah Semeru (Jonggring Saloko) menunjukkan aktivitas yang normal yakni sebanyak 70 letusan kecil.
"Memang ada penambahan pada kubah lava karena magma yang keluar dari kawah Jonggring Saloko, namun hal itu merupakan aktivitas rutin sebuah gunung api yang masih aktif," tuturnya menjelaskan.
Selama sepekan terakhir, kata dia, guguran lava pijar hanya sekitar 10 meter hingga 50 meter dari kawah Semeru, sedangkan jarak permukiman penduduk dari bibir kawah sekitar 9 kilometer.
"PPGA selalu mencatat setiap pergerakan guguran lava pijar dan sejauh ini masih relatif aman karena jauh dari permukiman penduduk," tegasnya.
Selama musim hujan ini, lanjut dia, masyarakat di lereng Semeru yang berada di sekitar daerah aliran sungai yang dilalui lahar dingin Semeru harus tetap waspada.
"Warga yang beraktivitas di sepanjang aliran lahar dingin Semeru juga harus waspada, khususnya penambang pasir. Apabila debit air meningkat, maka warga harus menghentikan aktivitasnya demi keselamatan," katanya menjelaskan.
Sejauh ini, kata dia, lahar dingin melalui daerah aliran sungai dalam batas kewajaran dan tidak meluap hingga ke permukiman warga atau banjir lahar dingin.
"Beberapa kali debit arus lahar dingin memang cukup deras karena hujan deras mengguyur kawasan puncak dan lereng Semeru," ujarnya.
Daerah aliran sungai yang dilalui lahar dingin Semeru berada di Sungai Besuk Sat, Besuk Bang, dan Besuk Kobokan.
"Sungai itu melewati enam kecamatan yakni Kecamatan Pasirian, Candipuro, Pasrujambe, Tempeh, Tempursari, dan Pronojiwo," paparnya. (ANT-070/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010