Yogyakarta (ANTARA News) - Dua korban awan panas Gunung Merapi warga Desa Kinarejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa malam sudah berada di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem.
Dua wanita yang mengalami luka bakar cukup parah itu, belum diketahui identitasnya. "Tetapi yang satu sudah usia lanjut, sedangkan satunya lagi usianya sekitar 35 tahunan," kata salah seorang relawan yang keberatan disebut namanya, di Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Sleman.
Ia mengatakan luka bakar yang dialami kedua korban tersebut cukup parah. "Hampir sekujur tubuhnya melepuh karena terkena awan panas," kata relawan itu.
Menurut dia, sebagian wilayah Desa Kinarejo nyaris luluh lantak diterjang awan panas Merapi. "Belum bisa dipastikan apakah seluruh warga desa itu sudah mengungsi, atau masih ada yang bertahan di rumah masing-masing," katanya.
Oleh karena itu, tim SAR, tim Tanggap Siaga Bencana (Tagana), dan sejumlah personel TNI mulai naik ke atas, yaitu ke kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi untuk melakukan evakuasi warga yang masih bertahan atau belum mengungsi.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Selasa malam, mengatakan, Gunung Merapi (2.965 mdpl) sudah masuk ke fase erupsi.
Awan panas dari puncak Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa petang, arah luncurannya belum diketahui pasti, karena petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi tidak bisa melihat akibat gunung tertutup kabut.
Informasi dari Posko Utama Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebutkan luncuran awan panas pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB, kedua pada pukul 17.19, ketiga pukul 17.24 WIB, dan keempat pukul 17.34 WIB.
Jarak luncur kedua awan panas itu belum bisa diketahui, karena petugas di sejumlah Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) kesulitan untuk melihat secara visual karena gunung berapi ini tertutup kabut.
Petugas Pos PGM Kaliurang Triono mengatakan pihaknya tidak dapat melihat Merapi karena tertutup kabut.
"Terima kasih atas informasinya, kami di sini tidak dapat melihat, mungkin benar itu adalah awan panas atau `wedus gembel`," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010