London (ANTARA News/Reuters) - Vaksin polio baru berstrain ganda lebih efektif daripada vaksin strain tiga atau tunggal, berarti anak-anak di wilayah berisiko tinggi dapat diimunisasi dari dua jenis virus dalam satu dosis, kata para peneliti.
Penelitian yang tertulis dalam jurnal medis Lancet pada Selasa, peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan riset terhadap vaksin bivalen oral polio, yang dikenal bOPV, ditemukan menyebabkan "respon imunitas sangat tinggi" dibanding vaksin strain tiga.
Peneliti Roland Sutter mengatakan penemuan tersebut menunjukkan bahwa vaksin oral baru, yang dibuat untuk program vaksinasi WHO oleh berbagai perusahaan obat termasuk GlaxoSmithKline dari Inggris dan Panacea Biotec dari India, merupakan senjata ampuh dalam perang agar memusnahkan virus yang melumpuhkan itu.
"Kelebihan utama dari bivalen ialah sangat efektif melawan tipe 1 dan tipe 3 virus polio dalam waktu yang bersamaan," katanya Reuters dalam wawancara telepon.
"Pengaruhnya sudah cukup besar di India dan menyebabkan penurunan kasus yang hingga tingkat rendah di Nigeria tahun ini," jelasnya.
Polio, yang menyebar di daerah bersanitasi rendah, menyerang sistem syaraf dan menyebabkan kelumpuhan tak terobati dalam beberapa jam setelah terinfeksi. Anak dibawah lima tahun merupakan korban paling rentan.
Pada 1988, ketika WHO dan mitranya membentuk Inisiatif Pengentasan Global Polio yang berwenang untuk mengentaskan polio, virus itu merupakan endemik di 125 negara dan melumpuhkan 1.000 anak setiap hari.
Vaksinasi massal dengan vaksin oral polio strain tiga, atau trivalen, telah mengurangi jumlah negara berendemik polio menjadi empat. Tetapi meski penggunaan vaksin trivalen maupun monovalen, atau vaksin strain tunggal, virus polio jenis 1 dan 3 masih menjadi endemik di Afghanistan, Pakistan, India dan Nigeria.
Dalam penelitian mereka, dilakukan antara Agustus hingga Desember 2008, Sutter dan sejumlah koleganya menganalisa data dari 830 bayi baru lahir di India yang mendapat vaksin monovalen, bilaven atau trivalen dalam dua dosis, pertama saat kelahiran dan kedua pada 30 hari setelahnya.
Sampel darah diambil sebelum vaksinasi dan setelah dosis pertama dan kedua untuk mengukur peningkatan antibodi dan para peneliti menemukan, dalam menargetkan polio tipe 1 dan 3, bOPV menjadi lebih baik daripada vaksin monovalen atau trivalen.
Dalam komentarnya dalam Lancet, Nigel Crawford dan Jim Buttery dari Institut Riset Anak Murdoch di Melbourne, Australia, mengatakan potensi efektivitas dari vaksin bivalen sudah terlihat di India, negara yang menggunakan vaksin tersebut dalam skala besar.
Data polio terakhir menunjukkan hanya 32 kasus yang terjadi pada tahun ini, dibanding 260 kasus pada 2009, tulis mereka.
Tetapi mereka mengatakan krisis keuangan global telah meninggalkan kekosongan anggaran yang besar untuk program imunisasi seluruh dunia yang diperlukan guna mencapai tujuan pengentasan penyakit polio.
"Rencana Aksi untuk pengentasan polio -- dengan bOPV sebagai kunci rencana -- hanya 50 persen dibiayai untuk 2010-2012," tulis mereka.
Mereka menggambarkan potensi vaksin bivalen baru sebagai "langkah maju yang penting" tetapi mengatakan "upaya akhir bersama, baik secara lokal dan mendunia, diperlukan" untuk menyukseskan pengentasan virus tersebut.
(KR-IFB/H-AK/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010