London, Inggris (ANTARA News/IRNA-OANA) - Para ahli non-proliferasi nuklir saat konferensi di London pada Senin mengundang Israel untuk bergabung dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan menyiapkan landasan kawasan Timur Tengah bebas dari Senjata Pemusnah Massal (WMD).

Konferensi London ke-lima mengenai Zona Bebas WMD Timur Tengah yang dilaksanakan di Institut Penelitian Asia dan Afrika (SOAS) juga membicarakan ketidak-berpihakan negara barat mengenai isu senjata nuklir milik Israel.

Sekretaris Jenderal Konferensi Pugwash dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Hubungan Internasional, Paolo Cotta-Ramusino mengatakan saat konferensi bahwa bom nuklir Israel merupakan halangan utama dalam melaksanakan konsep pembebasan WMD di Timur Tengah.

"Iran dan Mesir menyatakan perhatiannya dalam melenyapkan senjata nuklir di kawasan itu pada 1970-an untuk menciptakan kawasan Timteng bebas dari WMD. Bagaimanapun senjata nuklir Israel telah menghambat inisiatif ini," ujar Cotta-Ramusino.

Dia mengatakan isu WMD di Timteng merupakan salah satu masalah rumit dan sulit dipecahkan, sembari menunjukkan penolakan Israel mengakui senjata nuklirnya yang mengancam perdamaian dan keamanan di kawasan itu.

"Israel bukan bagian dari NPT. Israel tidak ingin mengakui apakah mereka memiliki senjata nuklir atau tidak. Namun terdapat pemahaman yang lumrah bahwa Israel memiliki senjata nuklir dalam jumlah yang cukup besar," kata Ramusino.

Ketua Departemen Penentang Proliferasi Lembaga Persemakmuran dan Luar Negeri Inggris Raya, Laine Saunders, menekankan pentingnya Israel untuk meninggalkan senjata nuklirnya dan bergabung dengan NPT.

Saunders mengatakan bahwa Israel harus bergabung di dalam perundingan untuk menyiapkan terbebasnya Timteng dari WMD sementara negara lainnya di kawasan tersebut harus bertanggung jawab untuk membantu melaksanakan ide tersebut.

"Hal ini bukan tentang mencari masalah di bawah karpet. Ini mengenai pengakuan bawah ada perhatian khusus mengenai kepemilikan nuklir Israel. Kami desak Israel untuk bergabung NPT dan menciptakan kondisi aman bagi berdirinya Kawasan Timteng Bebas Senjata Pemusnah Massal," ujarnya menekankan NPT adalah untuk bersama.

Saunders mengatakan Konferensi Kawasan Timteng Terbebas dari Senjata Pemusnah Massal pada 2012 merupakan kesempatan besar bagi negara-negara di kawasan tersebut untuk merundingkan rencana persiapan kedepan bagi Timteng yang aman dan stabil.

Pada konferensi itu, Perwakilan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Non-Proliferasi, Susan F. Burke, juga mengatakan pada Konferensi SOAS sehari bahwa konferensi NPT yang terakhir merupakan prestasi yang signifikan.

"AS mendukung secara penuh mengenai tujuan resolusi untuk Timteng saat Konferensi Peninjauan Kembali NPT pada 1995 dan 2010," ujar Susan.

Perwakilan Obama itu mengatakan bahwa ide terbebasnya Timteng dari Senjata Pemusnah Massal terkait erat dengan isu perdamaian di Timteng, mendesak semua negara di kawasan itu serta Israel harus ikut andil melaksanakan ide yang pertama kali dimunculkan oleh Iran pada 1974.

Selain itu, perwakilan dari Kedutaan Besar Mesir di London, Sami Einien, juga mengatakan pada pertemuan itu bahwa inisiatif pembebasan kawasan Timteng dari WMD harus dilakukan dalam struktur kerja yang efektif.

Einien mengatakan bahwa pertemuan yang menyeluruh dibutuhkan untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi Peninjauan Kembali NPT diimplementasikan.

Dia menambahkan bahwa negara yang memiliki nuklir diharap untuk menghancurkan seluruh senjata mereka pada 2025, sementara NPT harus dijalankan bersama untuk mencegah proliferasi senjata nuklir, terutama di kawasan Timteng.

Penandatanganan seluruh NPT dimaksudkan untuk mengembangkan tenaga nuklir dan membuat pendaur-ulangan bahan bakar nuklir bagi terciptanya perdamaian, ujar Einien.
(Uu.KR-BPY/H-RN/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010