Padang (ANTARA News) - Pakar Gempa dari Universitas Andalas, Dr Badrul Mustapa Kemal mengatakan, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Sumatera Barat, Senin pukul 21.42:20 WIB telah memicu tsunami setinggi dua meter di pulau Mentawai.

"Tsunami setinggi dua meter yang terjadi itu antara lain ditandai dengan ada perahu nelayan yang tersangkut di darat. Informasi tersebut berasal dari pemantau Relawan Australia, Counterpart (mitra) Sucopindo," kata Badrul di Padang, Selasa.

Awalnya BMKG menyatakan gempa itu berpotensi tsunami, namun 25 menit kemudian lembaga ini merilis gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Sementara itu, guncangan gempa berlokasi pada 3.61 lintang selatan (SL)-99.93 Bujur Timur (BT) pada pusat 78 km barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar, dan 174 km Barat Daya Mukomuko-Bengkulu, 817 km Barat Laut Jakarta.

Menurut Badrul, jika tsunami yang terjadi akibat gempa yang bersumber dekat palung laut di Samudera Hindia itu besar, maka tentu akan sampai ke Padang.

Badrul berharap gempa 7,2 SR itu adalah gempa utama dan bukan gempa pendahuluan.

"Jika gempa 7,2 SR merupakan gempa pendahuluan, kemungkinan tentu akan guncangannya akan terjadi lebih besar lagi," katanya.

Dia meminta masyarakat tidak terlalu takut dan tidak perlu libur bekerja atau sekolah.

Badrul menjelaskan, posisi blok gempa Senin malam itu berada sama dengan gempa yang terjadi pada 12 September 2007 di Pagai, Kepulauan Mentawai dengan guncangan 8,4 SR.

"Berkemungkinan gempa 7,2 SR pada Senin malam itu adalah energi gempa yang tersisa pada gempa 12 September 2007 itu," katanya

Sedangkan gempa berkekuatan 7,9 SR pada 30 September 2009 posisi bloknya lain lagi.

Badrul membagi posisi gempa di Sumbar pada dua blok yaitu sekitar Pulau Siberut dan Pulau Pagai.

Gempa 30 September 2010 berlokasi di Pulau Siberut, sedangkan 25 Oktober 2010 (12 September 2007) di blok Pulau Pagai.

Badrul mengatakan, pakar LIPI telah memperkirakan gempa Sumbar akan terjadi lagi akan tetapi tidak bisa diprediksi berpotensi tsunami, namun tetap tergantung lokasinya.

"Katakan saja energi gempa itu masih ada dan terjadi di Pulau siberut, jika tidak ada tsunami tetapi Siberutnya hancur," katanya.

Dia menatakan sejumlah kejadian gempa di Sumbar itu telah membuat heran kalangan pakar gempa di Indonesia.(*)

F011/AR09


Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010