Bengkulu (ANTARA News) - Ketua Lembaga Adat Pulau Enggano Rafli Zen Kaitora meminta pemerintah memasang sirene peringatan dini tsunami di pulau itu, mengingat posisinya berada di perairan Pantai Barat Sumatera yang rawan gempa bumi.
"Kami mengharapkan agar pemerintah memperhatikan Pulau Enggano karena daerah kami ini rawan gempa bumi yang juga rawan tsunami, jadi kami minta dipasang sirene peringatan dini tsunami," katanya saat dihubungi lewat telepon seluler dari Bengkulu, Selasa.
Rafli mengatakan, meski tak merasakan gempa yang terjadi di Pulau Mentawai berkekuatan 7,2 skala Richter pada Senin (25/10) malam, namun ia mengatakan posisi Pulau Enggano sejajar dengan Mentawai di pantai Barat.
Untuk itu, kata dia, potensi gempa yang tinggi di perairan pantai Barat Sumatera harus diwaspadai dengan meningkatkan ketersediaan alat mitigasi bencana.
"Getaran gempa Mentawai tidak terasa di Enggano, tapi gempa bumi di Bengkulu khsususnya di Mukomuko, Lais dan Bintuhan sering terasa hingga ke Enggano. Jadi kami mengharapkan pemerintah memerhatikan pulau ini," ucapnya berharap.
Pulau Enggano yang masuk dalam administrasi Kabupaten Bengkulu Utara, berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu.
Dua gempa besar yang melanda Bengkulu pada 2000 berkekuatan 7,3 pada skala Richter, dan pada 2007 berkekuatan 7,9 pada skala Richter sempat membuat panik warga di pulau terluar itu.
"Di sekitar Pelabuhan Malakoni ada alat deteksi gempa atau tsunami, tapi sampai saat ini kami belum pernah mendengar alat itu berfungsi, padahal jaraknya hanya 200 meter dari rumah kami," paparnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Kepahiang, Dadang Permana mengatakan, Bengkulu baru memiliki dua unit sirene peringatan tsunami yang terpasang di Kota Bengkulu.
"Bengkulu baru punya dua alat deteksi potensi tsunami, setelah terjadi gempa bumi dan alat itu dipasang di permukiman warga di pesisir pantai," tuturnya.
Dua sirene tsunami tersebut, dipasang di atas "tower" (menara) dan ditempatkan di lingkungan kantor gubernur dan satu unit lainnya dipasang di kawasan pusat olahraga di Pantai Panjang.
Bunyi sirene tersebut, menurut dia, mampu menjangkau hingga radius 2,5 hingga 3 kilometer.
Dalam pengoperasiannya, alat ini akan terhubung dengan BMKG pusat, sehingga saat bencana terjadi bisa diaktifkan oleh petugas BMKG di Jakarta.
"Pulau Enggano dan sepanjang pesisir pantai Barat harus dilengkapi alat sirene peringatan tsunami, tapi keputusannya ada di pusat, kami hanya mengusulkan," ucapnya menegaskan.
(K-RNI/C004/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010