Kepala Kantor Bahasa Bangka Belitung, Umar Solikhan di Pangkalpinang, Senin, mengatakan, bahasa Melayu daerah Bangka masih sebagai bahasa pergaulan sehari-hari yang dipandang sebagai kebutuhan dalam berkomunikasi antarwarga di daerah itu.
"Bahasa daerah masih dipergunakan dalam komunikasi informal seperti dalam keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, sebagai bahasa dalam situasi tidak formal, sementara bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa komunikasi sebagai bahasa pemersatu dalam situasi formal, misalnya lingkungan kerja," ujarnya.
Ia menjelaskan, bahasa daerah tidak akan punah jika tetap ditempatkan sebagai fungsinya, yaitu sebagai bahasa komunikasi dalam pergaulan masyarakat sehari-hari.
"Bahasa akan lestari jika terus digunakan dalam percakapan sehari-hari antar masyarakat, karena terus diverbalkan oleh masyarakat dalam pergaulannya, sementara jika tidak digunakan suatu bahasa perlahan hilang dan dilupakan karena masyarakat tidak lagi menggunakannya," kata Umar.
Ia mengatakan, bahasa daerah di beberapa daerah telah tergerus karena jarang digunakan dalam komunikasi pergaulan masyarakat daerah dalam kehidupan sehari-hari.
"Seperti di Jawa, untuk kalangan keluarga menengah ke atas, bahasa daerah Jawa mulai jarang digunakan, komunikasi antara orang tua dan anak lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris, sehingga bahasa Lawa mulai tergerus," ujarnya.
Menurut dia, hilang atau pergeseran bahasa daerah disebabkan kurangnya penghargaan dan kecintaan masyarakat terhadap bahasa daerahnya sendiri.
"Bahasa daerah masih dipandang sebagai bahasa tradisional, sehingga timbullah sikap meremehkan bahasa daerah dengan tidak dan menganggap bahasa lain lebih berkelas," kata Umar.
Ia mengatakan kondisi demikian harus dicegah dengan memberikan menumbuhkan rasa penghargaan dalam diri masyarakat terhadap bahasa daerahnya.
"Menggunakan bahasa daerah bukan berarti mengabaikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, hanya saja kita harus menempatkan kedua bahasa tersebut sesuai fungsinya agar kedua bahasa agar tetap lestari," ujarnya. (ANT-040/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010