Jakarta (ANTARA) - Musisi Amerika Serikat, Davendra Banhart, pernah berseloroh dalam suatu wawancara bahwa sepertinya enak menjadi rumput laut, karena hanya mengapung di tengah perairan.
Rumput laut, seperti halnya rumput yang ada di daratan, kerap dipandang sebelah mata. Padahal sebenarnya komoditas tersebut memiliki banyak manfaatnya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari umat manusia.
Tidak hanya untuk pangan, rumput laut juga berguna sebagai bahan yang digunakan di industri kosmetik, gel, perekat, hingga juga farmasi atau obat-obatan.
Indonesia juga dianugerahi dengan melimpahnya komoditas rumput laut. Diketahui luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia. Bahkan, jumlah rumput laut diperkirakan mencapai 8,6 persen dari total biota di laut.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti beberapa kali mengajak berbagai masyarakat dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan untuk lebih tertarik dalam menggali potensi yang terdapat di dalam komoditas rumput laut.
Ia mengingatkan berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, lanjutnya, saat ini Indonesia memiliki kekayaan makro-alga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus), dan 911 jenis (species).
Dari sekian jenis, rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 564 jenis, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis dan alga coklat (Ochrophyta) sekitar 146.
Dengan kayanya Indonesia akan berbagai jenis rumput laut, maka tidak heran bila Artati menyatakan hal itu merupakan berkah yang harus dioptimalkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional.
Dirjen Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu juga menyatakan KKP berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang dinilai memiliki pasar yang sangat luas baik domestik maupun global, serta mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Apalagi, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai 279,58 juta dolar AS.
Menurut dia, rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan mempunyai prospek pasar yang cukup luas baik di dalam maupun luar negeri sehingga rumput laut menjadi salah satu komoditas andalan budi daya.
Dari berbagai upaya tersebut antara lain yang dilakukan KKP adalah meningkatkan performa bibit rumput laut hasil budi daya dengan melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan bibit rumput laut berkualitas yang menunjang produksi rumput laut dalam negeri.
Salah satu capaian dari KKP yaitu telah berhasil mengembangkan bibit hasil kultur jaringan dan akan terus melakukan improvisasi untuk varian jenis lainnya seperti strain saccul.
Selain itu, KKP juga mengembangkan kawasan budi daya rumput laut dengan mengoptimalkan lahan-lahan potensial yang ada di Kawasan Timur Indonesia seperti di Nusa Tenggara Timur.
Di sekitar lahan tersebut nantinya akan dibangun kampung rumput laut yang menerapkan teknologi ramah lingkungan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.
Baca juga: KKP optimalkan potensi Indonesia timur melalui komoditas rumput laut
Aspek teknologi
Teknologi dan riset guna mengembangkan rumput laut memang menjadi salah satu aspek yang esensial di dalam mengoptimalkan komoditas tersebut.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja mengingatkan aspek penelitian guna mengolah rumput laut, merupakan tantangan bagi para peneliti dan kalangan ilmuwan di Tanah Air.
Sjarief mengingatkan bahwa rumput laut adalah komoditas yang bisa diolah menjadi banyak hal yaitu menjadi produk kosmetik, farmasi, makanan, bumbu, agar-agar, puding, jeli, dan pangan fungsional lainnya.
Upaya pengolahan itu, lanjutnya, harus dipikirkan agar bisa menghasilkan produk yang memberi kemanfaatan tinggi dan tidak menghasilkan limbah yang akhirnya dapat menjadi masalah baru bagi industri dan lingkungan sekitarnya.
Ia mengungkapkan limbah pengolahan rumput laut Gracilaria dan Cottonii dalam negeri menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 meter kubik dan limbah padat 62.506 ton per tahun.
Banyaknya limbah tersebut, menurut dia, sebetulnya perlu untuk didaur ulang karena sebetulnya bisa dimanfaatkan antara lain limbah cairnya untuk pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat menjadi bahan baku keramik, particle board, pupuk, hingga bata ringan.
Dengan memanfaatkan dan menekankan sinergi antara inovasi dan industri, KKP meyakini Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri rumput laut dunia.
Tidak heran bila Dirjen Penguatan Daya Saing dan Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti menyatakan bahwa inovasi dalam rumput laut juga bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah persoalan global seperti limbah plastik dan perubahan iklim, sehingga merupakan peluang bagi pengusaha sektor kelautan.
Artati mencontohkan bahwa rumput laut bisa diolah menjadi bioplastik sehingga dapat mengganti kemasan plastik yang selama ini ada.
Ia juga mengingatkan hasil kajian menyebutkan pemanfaatan rumput laut jenis asparagopsis taxiformis dalam pakan ternak ruminansia seperti sapi, mampu mengurangi emisi gas metana.
Namun Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim juga mengingatkan bahwa kebijakan untuk menerapkan inovasi sektor kelautan seperti produksi rumput laut menjadi bioplastik perlu pendampingan yang intensif kepada kelompok warga yang biasa menanam komoditas tersebut, dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan.
Dengan program yang lebih fokus dalam meningkatkan lagi pendampingan teknis kepada masyarakat dan pengembangan aspek kesejahteraan masyarakatnya, maka ke depannya program jauh lebih bermanfaat dan berhasil sesuai target.
Selain itu dengan multifungsi dari komoditas rumput laut, yang tidak hanya sekadar bahan pangan semata, maka kontribusi rumput laut tidak hanya memulihkan ekonomi nasional, tetapi juga berkontribusi besar kepada sektor perekonomian global.
Baca juga: KKP dorong riset pemanfaatan limbah pengolahan komoditas rumput laut
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021