Jakarta (ANTARA News) - Agustus lalu, para politisi Jerman heboh gara-gara Google akan meluncurkan Google Street View karena dianggap akan terlalu memasuki rahasia pribadi warga Jerman.
Tetapi warga di 20 kota besar di Jerman tampaknya tak terlalu peduli. Buktinya, kurang dari 3 persen yang ingin identitas tempat tinggal mereka diblurkan (dikaburkan) di Internet.
"Google tahu banyak mengenai Anda dan saya, ketimbang dari yang bisa dibayangkan KGB, Stasi (dinas rahasia semasa Jerman Timur) atau Gestapo."
Komentar yang disebarkan salah satu suratkabar Jerman ini adalah bentuk reaksi umum di Jerman atas pengumuman Google Agustus lalu bahwa mereka bakal meluncurkan layanan Street View di Jerman kira-kira akhir tahun ini.
Pengumuman itu memicu gelombang protes di mana para politisi seperti Menteri Perlindungan Konsumen Ilse Aigner menuduh Google melanggar privasi masyarakat karena aplikasi daringnya yang memungkinkan pengguna Internet bisa melakukan perjalanan virtual di kota-kota Jerman.
Namun sebagian besar warga 20 kota di Jerman yang bakal melanggani layanan Google Street View justru tidak merasa privasinya dilanggar.
Hanya tiga persen warga kota yang mengajukan petisi kepada Google agar tempat tinggalnya tidak dikenali Internet, demikian Google.
Dalam sebuah posting resmi melalui blognya Rabu pekan lalu, seorang eksekutif Google menulis bahwa perusahaan itu sejauh ini telah menerima 244.237 permohonan dari warga Jerman untuk memblurkan peta rumahnya.
Gambaran itu setara dengan 2,89 persen dari hampir 8,5 juta rumah tangga di 20 kota yang telah online oleh Google Street View, tulis Andreas Turk, manajer produksi Street View di Jerman.
Jumlah itu lebih rendah dari perkiraan pengamat. Menurut satu survey yang diselenggarakan tahun ini, 52 persen warga Jerman menolak apartemen atau rumahnya terlihat dari Street View.
Jumlah terbaru yang dikonfirmasi Der Spiegel September lalu menunjukkan bahwa ratusan ribu orang telah meminta Google untuk memblurkan rumah mereka.
Warga bisa mengajukan keberatannya secara online melalui sebuah laman khusus yang sengaja dibuat Google.
Kendati tenggat waktu penyampaian aplikasi online itu telah lewat Jumat lalu, Google menegaskan bahwa orang bisa tetap memblurkan rumah mereka kapan pun mereka mau, kendati layanan itu diluncurkan nanti.
Tenggat waktu telah diperpanjang sampai empat minggu untuk menanggapi tekanan politik.
Aplikasi online itu sendiri diproses secara konvensional melalui tangan manusia, dan Google telah mempekerjakan 200 staf di Jerman untuk menangani ini.
Proses aplikasi ini akan sangat pelik mengingat pada kenyataannya setiap gambar harus dihapus secara digital sehingga gedung atau rumah penduduk tidak bisa dikenali dari semua sudut.(*)
der spiegel/yudha/jafar
Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010