Komentar di "China Daily" tersebut muncul setelah Beijing mengkritik laporan yang dibuat oleh sebuah komisi parlemen dan pemerintah Amerika. Laporan itu mengutuk peningkatan tindakan kekerasan dalam kerusuhan yang dilakukan Beijing terhadap aktivis HAM dan hukum.
Isu tentang HAM selalu menjadi komoditas sensitif dalam hubungan China dan Amerika Serikat.
Sebelumnya pada bulan ini Washington telah menyerukan pembebasan pembangkang China Liu Xiaobo yang mendapat hadiah Nobel Perdamaian.
Dokumen yang dipublikasikan oleh laman internet WikiLeaks menunjukkan bahwa milliter Amerika Serikat menutup mata terhadap bukti-bukti yang menunjukkan adanya penyiksaan dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah Irak.
"Besarnya jumlah kejahatan seharusnya membuat setiap orang marah, namun hal itu menjadi pertanyaan besar ketika AS yang mendeklarasikan diri sebagai "gembong" hak asasi manusia terbesar di dunia," tulis China Daily.
"Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat telah membawa bendera hak asasi manusia untuk mengkritik negara lain, terutama negara-negara berkembang," tulis laporan itu.
"Bagaimanapun, Amerika Serikat menolak untuk mengklarifikasi atau memperbaiki pelanggaran HAM mereka seperti yang telah tertulis di dokumen WikiLeaks," tulis laporan itu dan menambahkan bahwa dunia melihat AS melalui paham unilateralisme dan standar ganda mereka.
"Amerika akan kehilangan kredibilitasnya bila mereka tidak dapat menghadapi pelanggaran HAM yang dilakukannya sendiri," tulis China Daily.
HAM adalah satu dari daftar panjang isu yang tampaknya menjadi agenda AS ketika Presiden China Hu Jintao mengunjungi Washington pada Januari mendatang.
Dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu terlibat perselisihan dalam beberapa bulan terakhir terkait nilai mata uang yuan China, serangkaian sengketa perdagangan, sensor internet dan penjualan senjata AS kepada Taiwan.
(KR-PPT/M016)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010