Bangkok (ANTARA) - Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing pada Minggu kembali menjanjikan pemilihan multi-partai baru dan mengatakan pemerintahnya siap bekerja dengan utusan khusus mana pun yang ditunjuk oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Aung Hlaing berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi enam bulan setelah tentara merebut kekuasaan dari pemerintah sipil Aung San Suu Kyi, peraih Nobel yang partainya memenangkan pemilihan namun hasilnya dipermasalahkan. Dia menyebut partai Suu Kyi sebagai "ekstremis" dan menuduh mereka menghasut kekerasan.

“Myanmar siap melakukan kerja sama ASEAN dalam kerangka ASEAN termasuk dialog dengan Utusan Khusus ASEAN di Myanmar,” kata Aung Hlaing.

Para menteri luar negeri ASEAN akan bertemu pada Senin dan para diplomat mengatakan mereka bermaksud merampungkan (pembentukan) utusan khusus yang ditugaskan untuk mengakhiri kekerasan dan mempromosikan dialog antara junta dan lawan-lawannya.

Aung Hlaing juga mengulangi janji untuk memulihkan demokrasi, meskipun sekali lagi tanpa merinci kerangka waktu.

"Saya menjamin pembentukan serikat berdasarkan demokrasi dan federalisme," katanya.

Baca juga: AS desak ASEAN untuk ambil tindakan terhadap Myanmar

Tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dari pemerintah sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi setelah partainya yang berkuasa memenangkan pemilihan yang menurut militer dicemari penipuan. Tentara mengatakan perebutan itu sejalan dengan konstitusi.

Komisi pemilihan negara itu telah menolak tuduhan penipuan.

Sejak kudeta, otoritas militer menghadapi protes, pemogokan yang melumpuhkan sektor publik dan swasta, dan kebangkitan konflik bersenjata di perbatasan.

Otoritas militer telah mencap lawan mereka sebagai teroris.

"Saat ini, seluruh negara stabil kecuali beberapa serangan teroris," kata Min Aung Hlaing dalam pidatonya.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik menuduh angkatan bersenjata membunuh 939 orang untuk menekan perbedaan pendapat sejak kudeta dan mengatakan sedikitnya 6.990 lawan militer telah ditangkap.

Militer mengatakan jumlah pengunjuk rasa yang tewas jauh lebih sedikit dan anggota angkatan bersenjata juga tewas dalam kekerasan.

Mereka mengatakan tindakan mereka telah memenuhi norma-norma internasional dalam menghadapi ancaman terhadap keamanan nasional.

Sumber: Reuters

Baca juga: Banjir, kudeta perburuk wabah COVID-19 di Myanmar
Baca juga: Krisis COVID-19, junta Myanmar cari kerja sama global

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021