Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia Senin karena dolar AS melemah setelah negara anggota Kelompok 20 (G20) menyepakati untuk menghindari potensi ketidakstabilan devaluasi mata uang, kata analis.

Melemahnya mata uang AS itu menjadikan minyak yang didominasi dolar AS menjadi lebih murah, sehingga mendorong permintaan serta menjadikan harga minyak menguat.

Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis "light sweet" pengiriman Desember naik 0,73 sen menjadi 82,42 dolar AS per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah "Brent North Sea" juga untuk pengapalan Desember naik 61 sen ke posisi 83,57 dolar AS per barel.

"Minyak menguat karena akibat langsung dari dolar AS yang menjadi melemah terhadap euro dan juga yen," kata Victor Shum, analis pada konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura.

Dolar AS dipindahtangankan pada kisaran 81,09 yen pada perdagangan pagi Tokyo, turun dari 81,34 di New York pada Jumat pekan lalu.

Euro dipatok 1,4023 dolar AS, naik dari 1,3949. Euro dibeli 113,67 yen dari 113,24 pada Jumat.

Pertemuan para Menteri Keuangan anggota kelompok 20 (G20) dan para gubernur Bank Sentral selama akhir pekan di kota Gyeongju Korea Selatan menyepakati mengenai kerangka kerja untuk mengatasi surplus neraca berjalan yang besar dan mengurangi ketimpangan perdagangan global.

Sementara itu Federal Reserve AS memperkirakan dengan mengaliri sistem perbankannya dengan uang melalui pembelian sekuritas sebagai bagian dari upaya untuk menstimulasi ekonomi, suatu langkah yang akan menekan dolar.

Shum mengatakan badai di Atlantic Ocean juga membantu mempertahankan harga minyak lebih tinggi di tengah kekhawatiran hal itu dapat mengancam berbagai fasilitas minyak mentah di Gulf Coast Amerika Serikat.(*)
AFP/S004/A023

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010