Waykanan, Lampung (ANTARA News) - Budayawan Iman Budhi Santosa mengatakan, kata mutiara merangsang terjadinya simulasi intelektual karena memunculkan wawasan yang datang setelah menghayati arti makna dan latar belakangnya secara tuntas.
"Wawasan yang terkandung dalam kata-kata mutiara berbeda dengan fakta yang umum dibakukan. Sebab tak sekadar menggambarkan, namun memberikan ide dan wawasan yang lebih dalam. Sehingga dapat dipahami kelemahan, ketakutan, cita-cita, atau hakikat manusia lebih dari yang disajikan dalam teks psikologi, sosiologi, maupun antropologi," ujarnya di Waykanan, Lampung, Senin.
Kata-kata mutiara juga dapat merupakan sarana reaktualisasi warisan budaya masa lalu, di mana Indonesia mempunyai banyak sekali kata-kata mutiara dari berbagai suku bangsa yang ada.
"Kata-kata mutiara lahir dan digali dari simpul-simpul pandangan hidup yang bersumber pada agama, kepercayaan, mitos, religi, falsafah, serta ajaran para cerdik pandai, pujangga, wali, raja atau datu di masa lalu yang terbukti ampuh menjadi pedoman hidup mereka," kata dia.
Dengan demikian, lanjut dia, mereka yang menikmati dan mempelajarinya sedikit banyak akan memperoleh kontak dengan impian, harapan, dan aspirasi, sebagai akar dari kebudayaan suatu masyarakat.
"Lewat kata-kata mutiara seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalamannya dengan banyak individu. Sebab kata-kata mutiara juga memberi banyak kesempatan bagi pembaca untuk memilih respon emosional atau rangkaian aksi yang mungkin sangat berbeda dengan yang tersaji oleh kehidupan sendiri," terang dia.
Ia melanjutkan, menikmati kata-kata mutiara dapat memberikan keseimbangan wawasan. Dengan kata lain, rangkaian aksi tersebut mungkin tak pernah ada atau tak pernah terjadi dalam kehidupan faktual.
"Dan yang terpenting, kata-kata mutiara ternyata memiliki kesanggupan dan daya pukau yang luar biasa dalam menembus pikiran dan emosi pembaca sehingga menimbulkan pengaruh terhadap wawasan, sikap dan perilaku," paparnya.
Dengan tersedianya beragam kata-kata mutiara dari berbagai etnis di Indonesia lanjut dia, kita dapat mempelajari nilai budaya saudara sebangsa dan setanah air guna membangun wawasan keindonesiaan yang lebih komprehensif.
"Akan terjadi pembelajaran secara tidak langsung melalui wujud dan makna yang terkandung dalam berbagai kata-kata mutiara yang ada di Indonesia. Dan manakala proses itu terjadi, pemahaman kita terhadap nilai keindonesiaan tentunya juga akan bertambah," ujarnya.
Artinya, kata dia, sesama etnis (suku bangsa) bukan lagi hanya duduk sama tinggi dan saling menghormati kebersamaan tersebut, namun juga terjadi dialog yang lebih intens (semacam tegur-sapa) serta proses edukasi.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010