Bishkek (ANTARA News/AFP) - Sebanyak 1.500 pendukung tokoh nasionalis garis keras yang berada di posisi teratas dalam pemungutan suara di Kyrgyzstan pada Oktober, Ahad, menyerukan pemecatan kepala dinas rahasia setelah dia diduga akan membunuh pemimpin mereka.
Di tengah ramalan bahwa penampilan kuatnya di dalam pemilihan anggota dewan legislatif dapat mendorong kemunculan kembali kerusuhan etnik di sana, pengikut partai Ata-Zhurt memamerkan kekuatan di luar gedung parlemen untuk menuntut pengunduran diri Keneshbek Dushebayev.
Sebagian spanduk bertuliskan "Dushebayev Mundur!" dan "Dushebayev bukan profesional, ia mestinya menjadi peternak lembu!", saat partai tersebut melakukan pamer kekuatan di ibu kota Kyrgyzstan, Bishkek, dan pengikutnya berkumpul di sekitar pemimpinnya, Kamchybek Tashiyev.
"Kami akan berpawai tanpa batas waktu, sampai keputusan dibuat oleh pimpinan negeri ini untuk memecat pemimpin dinas khusus," kata seorang pengunjuk rasa, Asan Batyrov, kepada AFP.
Pendukung tokoh nasionalis tersebut berdemonstrasi selama tiga-setengah jam sebelum mereka membubarkan diri, dengan janji akan berkumpul lagi pada hari berikutnya.
Tashiyev telah menuduh agen dinas rahasia berusaha memasuki rumahnya pada Sabtu untuk membunuh diri, atas perintah Dushebayev.
"Satu kelompok orang bersenjata berusaha menerobos ke dalam rumah saya tapi penjaga berhasil mencegah upaya ini," kata Tashiyev kepada wartawan, Ahad.
Selama bentrokan, para penyerang mulai melepaskan tembakan ke udara tapi menjaga merampas senjata para penyerang tersebut serta satu kartu identitas," katanya. Ia menyatakan dokumen itu adalah milik seorang anggota dinas rahasia negara.
Ketika berbicara kepada AFP, Tashiyev mengatakan tangannya cedera dalam peristiwa tersebut dan para penyerangnya "bermaksud membunuh saya atau menculik saya".
Partainya mendapat dukungan dari wilayah selatan, yang dicabik kerusuhan antar-etnik pada Juni, dan Tashiyev menyatakan akan ada unjuk rasa lagi kalau tuntutan pendukungnya tak dipenuhi.
"Ribuan orang dari selatan sudah siap untuk bergerak ke arah Bishkek, tapi saya membantu mengendalikan mereka," katanya.
Partai Ata-Zhurt, dalam pemilihan umum 10 Oktober, muncul sebagai peraih suara terbanyak di republik bekas Uni Sovyet itu. Penampilan partai tersebut menjadi pukulan terhadap upaya Presiden Roza Otunbayeva untuk membawa kestabilan ke Kyrgyzstan. Dia menjadi presiden setelah pemberontakan rakyat pada April.
Ata-Zhurt meraih 8,8 persen suara, sehingga partai tersebut menjadi yang terdepan di antara 29 partai peserta pemilihan umum, demikian keterangan komisi pemilihan umum.
Namun pemerintah masih harus menandatangani hasil resmi dan pengunjuk rasa Ahad mendesak pemerintah segera mensahkan hasil akhir penghitungan suara. (C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010