Teheran (ANTARA News/AFP) - Iran menjatuhkan hukuman satu tahun penjarakepada wartawati Mahsa Amrabadi, yang bekerja untuk surat kabarpro-oposisi yang dilarang Etemad Melli, karena menulis artikel-artikelanti-pemerintah, demikian dilaporkan situs berita oposisi, Minggu.
Sebuah pengadilan menyatakan Amrabadi bersalah karena "propagandamelawan sistem dengan melakukan wawancara dan membuat berita", kataKaleme.com.
Amrabadi, bersama suaminya dan wartawan reformis Masoud Bastani,ditangkap setelah pemilihan umum presiden yang dipersoalkan pada Juni2009.
Menurut Kaleme.com, wartawati itu ditangkap dua hari setelah pemilihan umum 12 Juni 2009.
Setelah hampir tiga bulan berada di dalam penjara, ia dibebaskan denganuang jaminan 200.000 dolar, kata situs oposisi tersebut.
Suaminya saat ini menjalani hukuman penjara enam tahun.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, puluhan aktivis pro-reformasiditangkap dan dipenjarakan dalam apa yang disebut para analis sebagaiupaya untuk melenyapkan penentang Mahmoud Ahmadinejad yang terpilihlagi sebagai presiden tahun lalu.
Pihak berwenang Iran pada pertengahan Oktober juga mengancam menutupmedia cetak yang terus menerbitkan berita-berita mengenai oposisi.
Lebih dari selusin penerbitan dan situs pro-reformasi ditutup sejakpemilihan presiden Juni 2009 yang dipermasalahkan oposisi.
Media resmi Iran dikelola oleh kelompok garis keras dan permohonan parapemimpin oposisi moderat untuk meluncurkan televisi swasta telahditolak oleh pemerintah.
Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum Juni 2009 yang disengketakan itu.
Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisipro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengankerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.
Dua calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi,mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwapemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejadke tampuk kekuasaan.
Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparatkeamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acaraumum untuk turun ke jalan.
Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalamdemonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukungoposisi melakukan pawai semacam itu.
Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yangditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalampenjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkankerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.
Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris danPerancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosenuniversitas.
Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pascapemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad danmengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.
Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun kejalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagaipresiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat,khususnya AS dan Inggris.
Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat ataskerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islamdan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiahitu, produsen minyak terbesar keempat dunia.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturandengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya denganslogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut programnuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63persen suara dalam pemilihan tersebut.
Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat,khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudahmenghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkankerusuhan di Iran.
Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhanitu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72.Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27Desember, menurut data resmi. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010