Jakarta (ANTARA) - Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan utilisasi industri makanan dan minuman (mamin) tetap tinggi, bahkan mencapai 89 persen meski di tengah pandemi.

Ia mengatakan saat meninjau PT Unilever Indonesia (Walls Factory) dan Mondeléz Indonesia (pabrik biskuit Oreo dan Ritz) kemarin. utilisasi kedua perusahaan selama masa pandemi sama-sama menyentuh di angka kisaran 89 persen.

Artinya, kata dia, produktivitas tetap berjalan baik dan justru permintaannya semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun mancanegara.

“Dengan adanya SE Menperin, kami juga ingin memastikan kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Putu melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Putu memberikan apresiasi kepada kedua produsen mamin tersebut, karena di masa pandemi tetap mengapalkan produknya ke pasar ekspor. Hal ini memberikan dampak terhadap peningkatan devisa dan menunjukkan bahwa produk industri nasional berdaya saing di kancah global.

“Misalnya, Unilever yang mengekspor es krimnya ke pasar Australia dengan menggunakan alat penyimpan berteknologi modern,” kata Putu.

Kemenperin mencatat, industri mamin merupakan salah satu sektor primadona yang membuat kinerja ekspor manufaktur nasional meroket sepanjang semester I tahun 2021.

Total nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada Januari-Juni 2021 mencapai19,58 miliar dolar AS atau naik 21,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bahkan, dari sisi investasi, industri mamin mampu merealisasikan dananya sebesar Rp36,6 triliun pada semester I-2021 di tengah dampak tekanan pandemi Covid-19.

Jumlah tersebut, meliputi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp14,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp21,9 triliun.

“Guna semakin memacu kinerja gemilang dari industri mamin tersebut, Kemenperin bertekad untuk menjaga ketersediaan bahan baku sehingga bisa tetap beraktivitas produksinya. Selain itu, memberikan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal hingga kemudahan perizinan,” kata Putu.

Selain berorientasi ekspor, industri mamin juga tergolong sektor padat karya dan menjalankan hilirisasi atau meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

“Contohnya di Mondeléz, yang menyerap cokelat dari delapan kabupaten di empat provinsi Pulau Sumatera dan Sulawesi. Selain itu, perusahaan yang memproduksi Oreo ini mampu memberdayakan petani cokelat lebih dari 30 ribu orang, yang tentunya membawa dampak ekonomi bagi keluarga dan wilayahnya,” kataPutu.

Kepala Pabrik Cikarang Mondelez Indonesia, Zaenal Abidin mengungkapkan, perusahaan menambah investasi sebesar 23 juta dolar AS untuk memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor.

Lini produksi baru yang akan menyerap tenaga kerja sebanyak 100 orang ini akan memproduksi Oreo dengan pangsa pasar 60 persen untuk ekspor dan sisanya 40 persen mengisi pasar dalam negeri.

“Lini baru ini akan beroperasi mulai November tahun 2021 dengan memiliki kapasitas produksi sebesar 43 ribu ton Oreo per tahun. Jadi, kami akan punya total enam lini, yang tahun kemarin sudah produksi sebanyak 85 ribu ton biskuit per tahun. Selama ini, produk kami telah menembus ekspor ke 38 negara,” ujarnya.

Baca juga: Kemenperin jaga produktivitas industri mamin, sektor kritikal pandemi
Baca juga: Kemenperin: Industri mamin telah terapkan prokes ketat dan baik
Baca juga: CIPS: Penyederhanaan kebijakan nontarif tingkatkan daya saing mamin

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021