Irawan mengatakan hal itu dalam diskusi Pengaruh Peradaban Nusantara di Dunia yanga diadakan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), di Jakarta, yang juga menghadirkan pembicara pakar geologi lingkungan Ir Oki Oktariadi; dosen arkeologi UGM Jajang Agus Sonjaya, SS, MHum dan dibuka Ketua SNB Pontjo Sutowo.
Menurut Irawan, kompleksitas perwilayahan Majapahit masa lalu, dilihat dari aturan dan kekuatan dalam menjaga kompleksitas perwilayahan Majapahit yang memberikan gambaran Majapahit sebagai "leader" di Asia sesuai masanya.
"Tidak banyak yang tahu bahwa Majapahit dalam masa itu, tidak merupakan aktor tunggal dalam meraih kebesarannya,” kata Irawan yang meluruskan bahwa selama ini kebesaran Majapahit diketengahkan sebagai bentuk kebesaran rakyatnya dengan Gajah Mada sebagai penggerak utama.
Padahal, katanya, gambaran ini perlu dikaji kembali dengan ditemukannya bentuk negara Majapahit yang ternyata merupakan kelanjutan dari bentuk desa asli dari wilayah nusantara dan menjadi embrio bentuk negara federal pertama di dunia.
“Bentuk negera federal di dunia muncul kembali di akhir abad 18 dimotori Amerika Serikat,” kata Irawan.
Sementara itu, pakar geologi lingkungan Oki Oktariadi membahas gambaran umum peradaban-peradaban Nusantara yang ada di dunia. Hampir semua tulisan sejarah peradaban menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan pinggiran, identitas kelas dua atau kelas tiga di kancah internasional juga dalam tatanan sosial, politik, ekonomi antarbangsa.
Menurut Oki, tidak bisa disalahkan bila banyak pendapat mengatakan bahwa perkembangan kebudayaan Nusantara subur berkembang hanya karena imbas dari migrasi manusia atau difusi budaya dari pusat peradaban lain berpusat di Mesir, China dan India.
Oki mengatakan bahwa dokter ahli genetik Stephen Oppenheimer (2004) yang belajar tentang sejarah peradaban melihat Asia Tenggara sebagai cikal bakal peradaban kuno.
Pontjo Sutowo sebagai Ketua Yayasan Suluh Nuswantara Bakti menyebutkan, penetapan topik bahasan dalam diskusi tersebut ini berlatar belakang tulisan Robert Dick Read dalam bukunya terbitan Mizan 2008, “Penjelajah Bahari, Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika” (The Phantom Voyagers. Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times).
Kajiannya mengungkapkan banyak bukti arkeologis baru bahwa pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra, jauh sebelum bangsa Eropa, Arab dan China. Bahkan diduga pada abad ke 5 dan 7, pedagang bangsa China begitu tergantung pada jasa pelaut Nusantara.
Di samping tingkat kejeniusan pelaut-pelaut asal Austronesia atau Indo-polinesiaini dalam membuat perahu yang kokoh, dan disegani lantaran penjelajahannya yang jauh mengarungii lautan luas.
Sedangkan, Agus Sonjaya, dosen arkeologi UGM menyoroti keunggulan komparatif kapal Nusantara sebagai kapal layar pertama di dunia yang menyeberangi antar benua, gambaran bentuk-bentuk perkembangan kapal layar di dunia, keunggulan kapal-kapal Nusantara dibanding kapal lain sesuai jamannya.
Kesimpulan dari diskusi ini bahwa apa yang disampaikan masih berupa kajian dan indikasi. "Ini belum sampai hipotesa dan membutuhkan penelitian ilmiah dikemudian hari," demikian Prof Sutetjo K Widodo, MSi, dosen sejarah Universitas Diponegoro yang menjadi moderator.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010