Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak sembilan bangunan di kawasan kumuh Jalan Setiakawan Raya RT 15/7, Duripulo, Gambir, Jakarta Pusat, terbakar, Jumat. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun warga yang tinggal di dekat jalur rel kereta api itu mengalami kerugian ratusan juta.

Bangunan yang terbakar itu banyak digunakan untuk usaha, seperti warung, pembuatan kusen, tempat tinggal, dan kos-kosan.

Informasi yang di dapat Antara, bahwa api muncul pertama kali dari kios kusen bernama Sumber Rezeki milik Tori Salam (37) di Nomor 15, RT 15/7.

Tori menuturkan bahwa api bermula dari lantai dua kiosnya. Saat kebakaran terjadi, Tori sedang dalam perjalanan menuju kios kusennya.

Saat karyawannya bekerja, tiba-tiba terlihat kepulan asap dari lantai kios kusen milik Tori. Karyawan Tori dan warga yang berusaha mendobrak pintu kamar di lantai dua tidak berhasil karena pintu dikunci.

Akhirnya kepulan asap disusul dengan api membakar kios kusen milik Tori. Api pun menyambar bangunan lainnya.

"Saat kejadian saya sedang jalan menuju kios. Kios saya ditempati oleh tujuh karyawan. Mereka tidur di lantai dua, saat kejadian kamar di lantai dua sedang ditinggal oleh karyawan yang sedang sarapan," kata Tori.

Tori menduga kios yang sudah berjalan sejak 19 tahun lalu itu terbakar lantaran terjadinya korsleting listrik di lantai dua.

Akibat kebakaran itu, seluruh bangunan kios berukuran sekitar 4 meter X 6 meter beserta kusen yang setengah jadi hangus jadi arang.

Kepala Unit Satuan Reserse Kriminal Polsektro Gambir, Ajun Komisaris Polisi Mustakim menjelaskan bahwa kebakaran di kawasan padat itu, berhasil dipadamkan pada pukul 07.30 oleh 15 mobil pemadam kebakaran dari Sudin Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat.

" Kebakaran itu diduga karena korsleting listrik dari kios itu (milik Tori). Karena bangunan di sini kebanyakan semi permanen, maka api cepat menyambar ke bangunan lain," ujar Mustakim.

Mustakim memastikan tidak ada korban jiwa akibat kebakaran tersebut. Sedangkan kerugian materi ditaksir mencapai ratusan juta.

"Korban jiwa tidak ada. Sembilan bedeng semuanya hangus. Bisa sampai di atas 100 juta, karena semua barang di dalam kios hangus terbakar.

Kita memintai keterangan dari tiga orang yang terdiri dari pemilik kios, karyawan, dan warga setempat," terang Mustakim.

Menurut warga lahan kebakaran itu merupakan lahan pedagang binaan Suku Dinas Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Jakarta Pusat.

"Areal untuk usaha memang lahan yang disediakan oleh Walikotamadya Jakpus untuk pedagang binaan. Tetapi di kawasan ini juga digunakan tempat tinggal sambil usaha," ujar warga yang mengaku bernama Iwan (39).

Iwan yang sudah tinggal selama 20 tahun mengakui bahwa sebagian wilayah itu memang milik PT KAI. Namun dirinya terpaksa membeli bangunan di sana seharga Rp 20 juta karena tidak mampu membeli rumah di kawasan lain.

"Beli rumah di kawasan Jakarta lain pasti mahal, saya tidak mampu mas. Ya kalau lahan ini akan ditertibkan oleh PT KAI ya pasrah saja. Habis mau bagaimana lagi," tutur Iwan.

Kahumas Daop I, Mateta Rijalulhaq menuturkan bahwa sebagian kawasan di sepanjang rel kereta api milik PT KAI dan Pemprov DKI Jakarta. Namun Mateta tidak mengetahui batas wilayah antara kedua lahan itu. "Saya belum tahu lokasi kebakaran masuk wilayah PT KAI atau bukan, karena kami belum ke lokasi kejadian," ujarnya.

Dari pantauan ANTARA, tampak kawasan padat yang berada di pinggir rel kereta api itu tidak hanya digunakan untuk usaha, tetapi ada juga yang digunakan untuk tempat tinggal. Pemukiman itu memanjang hingga ke kawasan Angke, Jakarta Barat.

Di ruas jalan pemukiman yang hanya selebar 3 meter itulah, warga beraktifitas bekerja membuat kusen dan melintas. Kekumuhan pemukiman semakin terlihat karena kebanyakan bangunan terbuat dari kayu.

Sehingga saat terjadi kebakaran akan sangat dengan mudah, api menyambar ke bangunan lain.(/)

(PS0-136/R009)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010