Kabul, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Sebuah lembaga perdamaian Afghanistan pada Kamis mengajak para pemimpin Taliban untuk melakukan gencatan senjata, dan Raja Arab Saudi untuk membantu para gerilyawan ke meja perundingan sebagai upaya menghentikan perang pada tahun ke-sepuluh.

Dewan Tinggi bagi Perdamaian telah didirikan sebagai upaya penghentian perlawanan yang dipimpin oleh Taliban, yang telah mengambil langkah setiap tahun sejak para kelompok itu digulingkan kekuatannya pada 2001 sewaktu invasi oleh AS.

Saat dua pekan setelah peresmiannya, lembaga itu mengajak kelompok Taliban untuk ikut andil dalam perundingan dengan pemerintahan Presiden Hamid Karzai, yang didukung oleh AS, yang menjamin akan mengakomodasi "tuntutan yang sah".

"Dewan Tinggi Perdamaian itu meminta oposisi bersenjata dan para pemimpinnya menghindari kekerasan dan bergabung kepada proses perdamaian," ujar juru bicara Oyamuddin Kashaaf, yang membacakan pesan pejabat Dewan itu.

"Dewan Perdamaian akan mengakomodasi tuntutan sah mereka dan membangun kepercayaan di antara semua pihak secara proses politis untuk membuat warga Afganistan menegakkan kedaulatan negaranya dengan tindakan yang baik serta tanpa kekerasan," ujar Kashaaf.

Juru bicara itu mengajak Raja Arab Saudi, Abdullah, yang negaranya terpisah dari Pakistan dan Uni Emirat Arab, sebagai satu-satunya negara yang mengakui pemerintahan Taliban pada 1996-2001, untuk membantu mengajak Taliban kepada perundingan perdamaian.

"Kami meminta Yang Mulia, Penjaga Tanah Suci, Raja Arab Saudi, untuk mengajak Taliban dan membantu kami dalam proses perdamaian. Arab Saudi miliki pengaruh yang besar terhadap Taliban," ujar Kashaaf.

Kashaaf juga meminta pemerintahan Presiden Karzai dan pendukung dari militer Barat yang sebanyak 150.000 pasukan bersenjata AS, membantu warga Afghanistan hentikan kekerasan melalui perundingan. Dirinya tidak memberikan keterangan lebih lanjut.

Kashaaf yang mengutip Karzai mengatakan, bahwa beberapa pemimpin Taliban telah mengadakan perundingan dengan pemerintahan Kabul. Namun juru bicara itu menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut, mengatakan kerentanan yang dapat membahyakan proses itu.

Namun beberapa pejabat di Kabul yang mengetahui proses tersebut telah mengatakan mereka meragukan hubungan itu berlangsung pada tingkat senior pada pemerintahan Afghanistan maupun Taliban.

"Terdapat kekurangan atas hal ini, daripada bertemu pandang," ujar seorang diplomat dari Barat, yang tidak ingin disebut identitasnya menambahkan, bahwa hubungan apapun yang telah dilakukan telah dimulai pada belakangan ini.

Presiden AS, Barack Obama, telah mengarahkan pada Rabu mengenai keadaan terakhir tentang perang di Afghanistan setelah keterangan baru yang didapat oleh perundingan awal rekonsiliasi antara pemerintahan Karzai dan kelompok Taliban.

Harian New York Times melaporkan bahwa para pemimpin tertinggi Taliban telah terlibat hubungan tersebut dan mereka ditawari keamanan dari pasukan NATO di tempat suaka mereka di Pakistan.

Kelompok Taliban yang sejauh ini menyatakan tidak akan berdiskusi dengan pemerintahan Kabul hingga seluruh pasukan asing meninggalkan Negara itu, pada Kamis mengulangi sangkalan mereka atas keterlibatannya dalam segala perundingan.

Menurut pelayanan pemantauan SITE, kelompok pejuang mengatakan pernyataannya di dalam jaringan dalam Bahasa Inggris dan Pashtun bahwa tuntutan tersebut merupakan "propaganda jebakan yang besar".

Gedung Putih telah mendukung upaya Afghanistan untuk berunding dengan anggota Taliban, bahkan sewaktu militer AS menjalankan operasi militernya dan serangan gerilyawan telah menewaskan hampir sebanyak 600 pasukan asing pada 2010.(*)
(Uu.KR-BPY/H-AK/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010