Singapura (ANTARA News) - Harga minyak bangkit kembali di perdagangan Asia pada Jumat, didorong berita ekonomi positif dari Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi di China datang sesuai dengan harapan, kata analis.
Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember, naik 36 sen menjadi 80,92 dolar AS per barel pada perdagangan sore.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman Desember naik 55 sen menjadi 82,38 dolar AS.
Victor Shum, seorang analis di konsultan energi Purvin & Gertz di
Singapura, mengatakan para investor terhibur penurunan klaim baru untuk tunjangan pengangguran di Amerika Serikat dan menguatnya pendapatan perusahaan AS.
Amerika Serikat adalah negara konsumen minyak terbesar dunia dan permintaan di negara ini diawasi secara ketat oleh pasar.
"Apa yang mendukung rebound adalah beberapa data ekonomi positif yang berasal dari AS," kata Shum kepada AFP.
"Beberapa data ekonomi yang positif, termasuk penurunan angka klaim pengangguran dan juga laporan penghasilan yang baik dari berbagai perusahaan."
Klaim baru tunjangan pengangguran AS jatuh untuk pekan yang berakhir 16 Oktober dan juga lebih baik daripada apa yang telah diprediksi para ekonom.
Di sisi perusahaan Amerika, perusahaan lelang online eBay melaporkan laba bersih kuartal terakhirnya naik 23 persen menjadi 432 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Raksasa dirgantara Boeing, jaringan makanan cepat saji McDonald`s, perusahaan ritel online Amazon dan perusahaan penerbangan United Continental Holdings, di antara mereka yang
melaporkan laba bersih yang lebih tinggi.
Shum mengatakan, investor juga mengurangi kekhawatiran awal atas pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga China, yang masuk pada 9,6 persen tahun-ke-tahun, lebih lambat tapi masih melaju kuat.
"Itu benar-benar dalam harapan pasar ... Hal ini menunjukkan bahwa pembuat kebijakan di China telah berhasil melakukan `soft landing` ekonomi mereka."
Untuk minggu depan, Shum mengatakan, dia memperkirakan harga minyak mentah untuk tinggal di level "rendah 80 dolar" menjelang pertemuan Federal Reserve AS awal bulan depan. (*)
AFP/A026/A023
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010