Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang Rully Nova memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan tetap berada di pasar siap melakukan intervensi untuk menahan kecenderungan menguatnya rupiah.

Akibatnya rupiah sejak dua bulan lalu masih berkisar Rp8.920-Rp8.930 per dolar, meski faktor eksternal dalam beberapa hari ini cenderung positif, katanya di Jakarta, Jumat.

Analis PT Bank Himpunan Saudara Tbk ini mengatakan, BI menginginkan rupiah berada dalam kisaran sempit sehingga mata uang tersebut tidak liar lari kemana-mana.

"Kami memperkirakan BI akan tetap berada di pasar untuk menahan lajunya pergerakan mata uang tersebut," ucapnya.

Menurut dia, apabila BI tidak melakukan intervensi rupiah kemungkinan sudah berada di level Rp8.800 per dolar karena "hot money" semakin besar masuk ke pasar.

Rupiah sebelumnya sempat mencapai Rp8.905 per dolar, yang diperkirakan akan  menembus level Rp8.900 per dolar.

Namun di posisi itu, rupiah kembali melemah hingga mendekati angka Rp8.950 per dolar, katanya.

BI, lanjut dia, akan berusaha menekan rupiah untuk kembali ke Rp9.000 per dolar agar produk ekspor Indonesia di luar negeri bisa kompetiti.

Kenaikan rupiah yang masih terjadi itu mengakibatkan produk ekspor Indonesia menjadi lebih mahal, katanya, dan devisa berkurang.

BI berusaha mengembalikan rupiah pada kisaran antara Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar, namun sampai saat ini rupiah masih dibawah Rp9.000 per dolar, katanya.(*)

H-CS/F002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010