Buku terbitan Perpusnas Press yang memuat tulisan 17 pustakawan dari perpustakaan mengenai upaya dalam merespons kondisi pandemi yang membatasi mobilitas fisik masyarakat.
“Ragam inovasi dan kreasi dibuat para pustakawan perpustakaan khusus sejak pandemi COVID-19 diumumkan pada pertengahan Maret 2020,” ujar editor sekaligus salah satu penulis buku, Ashry Noviana Fajry, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Perpusnas dorong daerah alokasikan anggaran untuk literasi
Pustakawan Diklat Kementerian Perdagangan itu menambahkan hal tersebut perlu didokumentasikan karena langka terjadi. Semua orang tiba-tiba banyak melakukan inovasi dan kreasi dalam waktu yang cukup cepat.
“Kita juga kayak harus cepat juga untuk mendokumentasikan semuanya dan mengajak teman-teman untuk menulis di buku ini,” tambah dia.
Salah satu penulis buku Chaidir Amir mengatakan pengembangan layanan daring dilakukan Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Kemendikbudristek) agar tetap bisa melayani masyarakat. Layanan daring menjadi layanan utama, dari yang sebelumnya sebagai layanan pelengkap.
Sejumlah perbaikan dilakukan seperti menguatkan repositori, mulai dari sisi infrastruktur, manajemen, hingga sistem otomasi yang dikembangkan menjadi perpustakaan digital. Interaksi dengan pemustaka pun semakin intensif karena sosialisasi layanan sepenuhnya dilakukan melalui media sosial dan secara daring.
“Saya pikir, kalau kita menuangkan ini ke dalam bentuk tulisan, ini akan menjadi catatan sejarah sendiri ya bagi perpustakaan. Pandemi ini bener-bener mengubah tatanan, termasuk tatanan kerja dan kultur di perpustakaan,” jelas pustakawan di Kemendikbudristek tersebut.
Salah satu penulis yang merupakan pustakawan Badan Standardisasi Nasional, Muhammad Bahrudin, berharap hasil karyanya bisa memperkaya khazanah literasi masyarakat Indonesia. Buku itu bisa menjadi dokumentasi narasi sejarah tentang inovasi perpustakaan khusus pada masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Perpusnas luncurkan kartu layanan perpustakaan terintegrasi
“Saya menulis bersama rekan pustakawan BSN tentang Pesta Online di Masa Pandemi. Pesta Online ini singkatan dari Pemesanan Standar Online. Layanan ini memungkinkan pengguna memesan dokumen standar baik SNI ataupun non-SNI secara online,” jelas Bahrudin.
Laman Pesta Online diluncurkan secara resmi pada Januari 2020. Tidak lama berselang, Indonesia diumumkan dalam kondisi pandemi COVID-19. Dalam karya tulisnya, Bahrudin menyebut, layanan perpustakaan BSN berupaya relevan dengan kondisi pandemi.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono menyatakan buku “Perpustakaan Khusus vs COVID-19” merupakan karya tulis yang dibuat para pustakawan di FPKI dan diterbitkan pihaknya. Dia menegaskan, diseminasi konten buku harus dilakukan agar proses penulisan tidak terbatas pada knowledge capture, tapi hingga transfer knowledge.
“Nah ini juga sedang kami laksanakan, kami bukan hanya menyimpan karya penulis, tapi juga mentransfernya. Makanya kami punya tagline, tulis, terbit, sebarkan. Ini sejalan dengan teman-teman FPKI, kisah-kisah inspiratif mereka, itu luar biasa. Proses diseminasinya harus diperkuat,” kata Edi.
Dia menambahkan, buku terbitan Perpusnas Press diterbitkan dalam format digital dan bisa diakses serta diunduh masyarakat melalui laman resmi Perpustakaan Nasional. Terbitan dalam format digital itu diharapkan memudahkan masyarakat, terutama di daerah dalam mengakses sumber bacaan yang dinilai masih minim.
Sebagai informasi, perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pengguna atau pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lainnya.***3***
Baca juga: Perpusnas jalin kerja sama dengan perpustakaan luar negeri
Baca juga: Perpusnas-KemenPPPA sinergi selenggarakan vaksinasi dan sumbang buku
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021