Posisinya tersebar di seluruh Indonesia, jadi ketahanan energinya lebih gampang dibandingkan dengan posisi kalau hanya ada di tempat-tempat tertentu.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan panas bumi berpotensi menjadi backbone atau tulang punggung transisi energi di Tanah Air.
"Posisinya tersebar di seluruh Indonesia, jadi ketahanan energinya lebih gampang dibandingkan dengan posisi kalau hanya ada di tempat-tempat tertentu," kata Surya Darma dalam diskusi daring Urgensi Transisi Energi ke Panas Bumi yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan keberadaan panas bumi yang tersebar itu dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang dapat membangkitkan dan menggerakkan ekonomi nasional.
Baca juga: Pemerintah berupaya atasi tantangan pengembangan energi panas bumi
Menurutnya, kebutuhan energi baru terbarukan di Indonesia memang tak semuanya ditutupi oleh panas bumi, sehingga perlu sinergi dengan jenis energi baru terbarukan yang lain.
"Saya kira dengan hidro ini akan mendukung menjadi backbone ditambah nanti dari PLTS," ujar Surya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia merupakan negara kepulauan yang menjadi rumah bagi 127 gunung api aktif.
Baca juga: PLN gencar membangun infrastruktur pembangkit listrik panas bumi
Anugerah alam itu memberikan sumber daya panas bumi yang melimpah sebanyak 23,76 gigawatt dengan pemanfaatan sebesar 2,17 gigawatt atau hanya 9,1 persen dari total potensi yang ada.
Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan sumber daya panas bumi dan kapasitas terpasang listrik vulkanik terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM menyebutkan ada 14 wilayah kerja kerja panas bumi yang telah produksi sebesar 2.175,7 megawatt dengan rencana pengembangan ekspansi 1.347,6 megawatt.
"Kita ini lebih agresif dibandingkan dengan yang lain dari sisi pemanfaatan panas bumi, angkanya sih masih 9 persen, tapi kita punya roadmap untuk segera mempercepat pemanfaatannya," pungkas Dadan.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021