Banda Aceh (ANTARA News) - Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar mengharapkan berbagai protes terhadap kinerja presiden dan wakil presiden jangan sampai tergiring suatu gerakan destruktif yang dapat menghilangkan apa yang sudah berhasil dilakukan selama ini.
"Hendaknya semua komponen bangsa, termasuk di Aceh dapat berpolitik praktis di musim politik. Jangan sampai negeri ini seperti lembaga menaikkan dan menurunkan pemimpin sesuka hati dan akhirnya yang menang belum tentu benar," katanya di Banda Aceh, Kamis malam.
Hal itu disampaikan Wagub Aceh disela-sela membuka pertemuan Asosiasi Dekan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi se-Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri puluhan dekan fakultas ekonomi seluruh Indonesia.
Khususnya dalam konteks Aceh, Muhammad Nazar mengatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah sosok pemimpin yang berjasa bagi terciptanya perdamaian di bumi Serambi Mekah ini.
"Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden dan HM Yusuf Kalla (wapres) adalah pemimpin yang berjasa karena menyetujui perdamaian Aceh," katanya menambahkan.
Karena itu, Wagub menyatakan masyarakat Aceh saat ini masih menaruh harapan besar pada kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Menurutnya, jika perpolitikan nasional terganggu tentu Aceh sebagai bahagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan ikut terusik.
"Karenanya bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke harus membangun dengan lebih cerdas, jangan sampai waktu kita habis terbuang untuk marah-marah setiap hari," kata Muhammad Nazar.
Dipihak lain, Wagub juga berharap para pemimpin nasional harus peka terhadap kebutuhan rakyat, tidak perlu menunggu protes dan perlawanan.
Ia juga menyatakan jangan sampai euphoria politik dan demokrasi yang dapat melahirkan kelebihan "dosis" dan menciptakan masalah-masalah baru, dapat mengalahkan kultur ekonomi rakyat yang sedang tumbuh. (A042/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010