"Angka ini adalah survei dari Global Islamic Economy Report yang dilakukan di seluruh dunia," ujar Yuli dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Ia menilai perkiraan angka tersebut menjadi potensi yang besar untuk perbankan syariah di Tanah Air, serta perbankan secara umum.
Sementara untuk global, konsumsi produk halal diproyeksikan tumbuh dari 2,02 triliun pada 2019 menjadi 2,4 triliun di 2024 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) di level 3,1 persen.
Yuli menjelaskan, dari total konsumsi produk halal global di 2019, Indonesia berperan sebanyak 10 persen atau senilai 202 miliar dolar AS yang setara dengan Rp2.900 triliun.
Baca juga: BI : Pertumbuhan ekonomi syariah lebih baik dari nasional
"Tapi ini masih pasar halal saja, semoga ke depannya kita bisa meningkatkan produksinya," ucap dia.
Saat ini, Indonesia menempati posisi keempat dari 15 negara teratas di dunia yang memiliki pasar produk halal yang besar, dengan posisi pertama ditempati Malaysia, kemudian disusul Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Dari segi konsumsi makanan halal, ia menuturkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama di dunia dengan nilai 144 miliar dolar AS, sedangkan kosmetik halal pada peringkat kedua yakni senilai 4 miliar dolar AS, lalu media dan rekreasi halal berada di posisi ketiga dunia sebesar 22 miliar dolar AS.
Sementara, pasar obat-obatan halal berada di peringkat keempat senilai 5,4 miliar, kemudian, fesyen dan perjalanan ramah Muslim masing-masing di posisi kelima dunia dengan nilai 16 miliar dolar AS dan 11,2 miliar dolar AS.
Baca juga: Bank Indonesia nilai bisnis makanan halal menjanjikan saat pandemi
Baca juga: KNEKS: Aset pasar modal syariah RI meningkat jadi Rp1.116 triliun
Pewarta: Agatha Olivia Victoria/Satyagraha
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021