Jakarta (ANTARA News) - Laba bersih konsolidasi PT Pertamina (Persero) tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp12 triliun anjlok 60 persen dibanding prognosa laba 2008 sebesar Rp30 triliun.
"Terjadi penurunan laba sangat tajam karena asumsi harga harga minyak Indonesia (ICP) 45 dolar AS per barel, lebih rendah dari asumsi ICP rata-rata 2008 sebesar 101 dolar AS per barel," kata Direktur Keuangan Pertamina Frederick H Siahaan, usai Rapat Umum Pemegang Saham Pertamina, di Kantor Menneg BUMN, Jakarta, Rabu.
Pada saat yang sama pendapatan perseroan juga merosot menjadi sekitar Rp311 triliun, dibanding proyeksi pendapatan sebelumnya Rp540 triliun.
Frederick menjelaskan, pada tahun depan produksi minyak ditargetkan mencapai 72 juta barel, meningkat dari 62,8 juta barel pada 2008.
Secara keseluruhan pada 2009 dikatakannya, perseroan akan fokus pada sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi.
Selain itu juga akan menggiatkan ekspansi hilir dengan penambahan infrastruktur termasuk memperbanyak infrastruktur LPG.
Tahun 2009, perusahaan migas pelat merah ini menganggarkan belanja modal (investasi) sebesar Rp21,9 triliun, sebesar Rp12,6 triliun diantaranya untuk keperluan hulu.
Biaya investasi tahun 2009 katanya, sebanyak 60 persen diperoleh dari dana internal perusahaan, sedangkan sisanya 40 persen diupayakan melalui pinjaman baik perbankan maupun obligasi.
"Akan dikombinasikan, mana yang paling bagus dan menguntungkan perusahaan," ujarnya.
RKAP, kata Frederick juga menyetujui melanjutkan rencana Pertamina menjadi perusahaan publik tidak tercatat di bursa saham (public non listed company).
"Tahun 2009 kita berusaha menjadikan Pertmaina sebagai "public non listed company". Tinggal menunggu audit selesai, sekaligus terbitnya Peraturan Pemerintah "public non listed"-nya," ujarnya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009