Mataram (ANTARA News) - Nelayan di Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat yang kebanyakan berasal dari luar daerah seperti Sulawesi dan Kalimantan, menolak untuk ditransmigrasikan.
"Pemerintah telah berkali-kali memberikan penyuluhan sekaligus menawarkan agar mereka mau ikut program transmigrasi, namun kurang mendapat tanggapan," kata Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Mataram, H. Makmun kepada wartawan di Mataram, Kamis.
Ketika rumah meraka diterjang gelombang pasang lalu pemerintah menawarkan untuk transmigrasi, mereka tidak menghiraukan, apalagi akan menyatakan setuju.
"Ratusan warga nelayan di Ampenan, Kota Mataram menolak untuk ditransmigrasikan walaupun setiap tahun rumahnya diancam gelombang pasang," katanya.
Jangankan akan ditransmigrasikan dipindahkan agar tidak terancam gelombang pasang harus dengan syarat, yakni tidak jauh dari pantai.
"Mereka tidak mau dipindahkan dari pesisir pantai, karena sumber kehidupannya memang dari laut atau nelayan, walaupun ada program transmigrasi nelayan," katanya.
Pemerintah tahun 2009 telah membangun sebanyak 80 rumah khusus untuk nelayan Kota Mataram, dengan dana sekitar Rp2 miliar dari pemerintah pusat.
"Perumahan yang berlokasi di Tanjung Karang, Ampenan tersebut akan diberikan kepada nelayan yang tinggal di pinggir pantai yang rumahnya roboh akibat gelombang pasang tahun lalu," katanya.
Dana sebesar Rp2 miliar tersebut khusus untuk pembangunan fisik, sehingga sarana pendukung lainnya seperti mandi kakus dan cuci (MCK) dan jalan lingkungan belum ada, sehingga diperlukan dana tambahan.
Untuk itu, walaupun rumah tersebut sudah jadi dan bisa dihuni sekitar 300 jiwa, namun belum bisa ditempati, karena sarana pendukung yang belum ada, namun diharapkan akhir tahun 2010 rumah tersebut bisa ditempati. (B004/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010