Srinagar, India (ANTARA News/Reuters/AFP) - Pasukan India menembak mati dua gerilyawan separatis Kamis dalam bentrokan sengit sembilan jam di Srinagar, kota utama Kashmir dimana protes menentang kekuasan India meningkat dalam beberapa bulan ini.
Itu merupakan bentrokan keempat dalam sepekan di wilayah Himalaya yang disengketakan itu dan terjadi di tengah kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan gerilya.
Pasukan India dan polisi anti-kekerasan mengepung sebuah rumah dimana gerilyawan bersembunyi pada pagi hari di daerah pinggiran kota tersebut.
"Kami membunuh dua militan yang bersembunyi di dua rumah," kata kepala kepolisian Srinagar Ashiq Hussain Bukhari kepada wartawan.
"Pertempuran telah berhenti namun operasi pencarian masih terus dilakukan di daerah itu karena kami mencurigai ada militan ketiga," katanya.
Sedikitnya 100 warga sipil yang terperangkap di kawasan penduduk itu diungsikan ke tempat aman selama tembak-menembak beberapa jam. Dua polisi dan seorang wanita mengalami luka-luka.
Sedikitnya 110 orang tewas sejak Juni, umumnya akibat tembakan polisi, selama gelombang protes, yang merupakan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu dua dasawarsa.
Demonstrasi mereda sejak New Delhi mengendurkan pengamanan di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, membebaskan sekitar 50 pemrotes, mengumumkan kompensasi bagi keluarga korban tewas dan menawarkan perundingan dengan semua kelompok politik.
Kamis, ribuan polisi dan personel paramiliter menegakkan larangan keluar rumah di sejumlah lokasi di Kashmir, untuk mencegah rencana pawai pro-kemerdekaan yang dilakukan separatis, kata polisi.
Demonstrasi anti-India meningkat tajam di Kashmir India sejak seorang remaja laki-laki yang berusia 17 tahun tewas setelah terkena tembakan gas air mata polisi pada 11 Juni.
Setiap kematian sejak 11 Juni menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.
Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Banyak pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.
Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010