Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hajriyanto Thohari mengaku optimistis pluralisme akan tetap bertahan di Indonesia terkait banyaknya kasus kekerasan agama.
"Dengan adanya empat pilar utama di Indonesia, yaitu UUD 1945, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika maka pluralisme akan terus bertahan di Indonesia," paparnya pada acara diskusi bertema "Masih Adakah Pluralisme Di Indonesia?" di Megawati Institute, Jakarta, Kamis.
Menurut Hajriyanto, cacat yang terjadi terhadap praktik pluralisme di Indonesia lebih banyak terjadi karena faktor di luar agama, yaitu doktrinisasi.
Mengutip dari kata-kata Mohammad Hatta, ia mengatakan, demokrasi di Indonesia tidak akan pernah mati, kalaupun menghilang hanya sementara karena terdapat tiga pondasi yaitu demokrasi tradisional, ajaran kebebasan yang dibawa kaum terpelajar dan ajaran persamaan Islam.
"Demokrasi itu mengharuskan toleransi dan pluralisme," tegasnya.
Untuk mempertahankan pluralisme, paparnya, masyarakat perlu meningkatkan pemahamannya tentang pluralisme dan meningkatkan level pluralismenya, bukan hanya sekedar tahu saja.
Selain itu, lanjutnya, perlu adanya penegakan hukum secara baik dan tegas dari pemerintah.
"Negara juga harus selalu hadir di tengah masyarakat sehingga tidak terjadi kesan pembiaran terhadap beberapa kasus yang terjadi akhir-akhir ini," tambahnya.
Hajriyanto menilai, pluralisme masih kuat di Indonesia dan masalah yang banyak terjadi hendaknya diselesaikan secara hukum serta adanya tindakan tegas dari pemerintah. (ANT-006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010