Yogyakarta (ANTARA News) - Alat musik tradisional khas Nunukan, Kalimantan Timur, `sampe` yang dibuat dari kayu dan senar, ditampilkan dalam Pesta Seni dan Budaya Dayak ke-8 se-Kalimantan, di Yogyakarta, 21-23 Oktober 2010.
"Alat musik ini hanya dimainkan pada waktu tertentu, atau acara tertentu seperti acara kamatian, serta upacara adat di antaranya saat panen padi, " kata Ketua Forum Perkumpulan Dayak, Nunukan, Kalimantan Timur cabang Yogyakarta Yermianto, di Yogyakarta, Kamis, di sela kegiatan pesta seni dan budaya tersebut.
Menurut dia, alat musik `sampe` ini tergolong unik dan langka, karena memiliki karakter dan ciri khas tersendiri. Ini berbeda dengan alat musik pada umumnya.
"Dari desain dan ukurannya sangat unik, dan memilki ciri khas. Alat musik `sampe` sejak zaman nenek moyang dikemas dengan bentuk memanjang, dan agak menggembung serta lonjong," katanya.
Selain itu, kata dia, desainnya dilengkapi dengan motif-motif khusus yang mencerminkan karakter yang dapat bercerita tentang kehidupan orang Dayak pada zaman dahulu.
Ia mengatakan alat musik `sampe` ini terbuat dari jenis kayu khusus khas Kalimantan. "Kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat musik ini tidak sembarang kayu, tetapi menggunakan jenis kayu meranti dan ulin," katanya.
Yerminato mengatakan cara memainkan alat musik ini dengan cara dipetik. Namun, caranya agak berbeda dengan memetik gitar.
"Tidak semua orang dapat memainkan alat musik ini, dan sebagian besar yang dapat memainkannya adalah para sesepuh atau tokoh masyarakat Nunukan, Kalimantan Timur," katanya.
Menurut dia, lagu yang dimainkan pun juga tidak bisa sembarang lagu. "Instrumen musik dengan menggunakan `sampe` harus sesuai dengan tema acara, misalnya pada upacara panen padi, maka dimainkan dengan iringan yang meriah, yang menceritakan rasa syukur kepada Tuhan," katanya.
Ia mengatakan tidak semua warga Kalimantan khususnya warga Dayak di Nunukan dapat memainkan alat musik ini. "Meskipun terlihat simpel atau sederhana cara memainkannya, tetapi tidak semudah seperti yang dibayangkan, karena dalam memainkan `sampe` dibutuhkan penghayatan yang mendalam," katanya. (ANT-161/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010