Sanaa (ANTARA News/AFP) - Pasukan keamanan Yaman menangkap 10 orang, termasuk lima warga Pakistan, karena menyebarkan gagasan keagamaan esktrim di daerah pinggiran ibukota, Sanaa, kata Kementerian Dalam Negeri Yaman, Kamis.

Ke-10 orang itu, yang berusia antara 27 dan 65 tahun, menyebarkan "gagasan jihad ekstrim" di kalangan penduduk daerah Dilaa Hamdan, kata kementerian itu di situs beritanya.

Lima orang lain yang ditangkap adalah warga Yaman, kata kementerian tersebut.

Ke-10 orang itu telah mulai menjalani proses hukum.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan cabang Al-Qaeda AQAP.

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.

AQAP mengklaim serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan Yaman akhir-akhir ini.

Bentrokan-bentrokan sengit di Loder antara militan Al-Qaeda dan militer pada Agustus menewaskan sedikitnya 33 orang -- 19 militan, 11 prajurit dan tiga warga sipil -- menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber resmi dan medis.

Sejak bentrokan-bentrokan Agustus, pasukan keamanan Yaman telah menangkap 14 tersangka anggota Al-Qaeda di Loder, termasuk seorang pemimpin bernama Salah al-Dabani, kata kementerian dalam negeri.

Yaman selatan dikhawatirkan menjadi pangkalan Al-Qaeda yang menyatukan diri lagi, di bawah jaringan lokal Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Wilayah selatan juga berulang kali menjadi lokasi protes dan kerusuhan separatis dimana penduduk selatan mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah Sanaa menyangkut alokasi sumber daya.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010