menumbuhkembangkan karakter tangguh bencana

Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengintensifkan sinergi antar kementerian/lembaga, pemerintah daerah, serta berbagai pihak lainnya guna mewujudkan upaya mitigasi zero victim atau nihil korban jiwa.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan sinergi tersebut guna menghadapi fenomena cuaca, iklim dan tektonik di Indonesia yang semakin dinamis, kompleks, tidak pasti dan ekstrem, sehingga risiko kejadian multibencana geohidrometeorologi makin meningkat.

"Tujuan dari Rakorbangnas ini adalah untuk mewujudkan zero victim melalui upaya mitigasi secara tepat, berdasarkan kolaborasi dan sinergi yang lebih intensif antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah, pihak swasta, akademisi, media, dan wakil masyarakat, terutama para pihak terkait," kata Dwikorita dalam sambutannya di Rakorbangnas BMKG 2021 secara daring di Jakarta, Kamis.

Dwikorita mengatakan Rakorbangnas BMKG dihadiri sekitar 2.000 peserta dari seluruh unsur dan elemen dalam mewujudkan semboyan "Info BMKG, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh."

Adapun sinergi yang tengah diintensifkan tersebut agar BMKG bersama pihak-pihak terkait dapat lebih menggencarkan program edukasi, pelatihan, serta literasi guna meningkatkan pemahaman kepedulian kepatuhan dan kemampuan masyarakat serta semua pihak pengguna dalam merespons lanjut info BMKG.

Baca juga: Profesor riset LIPI dorong penguatan penelitian sesar aktif
Baca juga: BNPB: Perlu peta risiko bencana pantai dan laut sebagai mitigasi

Selain itu BMKG terus menggencarkan sosialisasi agar masyarakat dapat mewujudkan sikap waspada dan budaya peduli selamat dari multi bahaya bencana geohidrometeorologi.

"Adapun kegiatan edukasi yang telah dan terus akan dilakukan antara lain meliputi Sekolah Lapang Iklim, yang merupakan kegiatan literasi informasi iklim sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman informasi iklim, khususnya kepada petani dan petugas penyuluh pertanian lapang yang dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 16.056 orang," ujar Dwikorita.

Tak hanya itu, BMKG juga membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, yang merupakan kegiatan literasi dalam memahami cuaca dan iklim untuk nelayan dan penyuluh perikanan yang dilaksanakan sejak tahun 2016 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 6.233 orang.

Selain itu, BMKG juga membuka Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami Ready, yang merupakan kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami. Kegiatan tersebut dilaksanakan sejak tahun 2015 dengan jumlah peserta hingga saat ini mencapai 8.810 orang

"BMKG juga melakukan jambore iklim dan literasi iklim generasi muda, yang bertujuan mengenalkan pengetahuan iklim dan menumbuhkembangkan karakter tangguh bencana dan peduli iklim sejak usia dini usia pelajar dan generasi muda, melalui peningkatan pemahaman risiko bencana terkait iklim serta memantik aksi iklim di kalangan generasi milenial," kata dia.

BMKG melakukan kerja sama dengan berbagai pihak pentahelix, dengan target mewujudkan sikap dan budaya waspada cuaca peduli iklim dan selamat dari multibencana geohidrometeorologi.

Baca juga: Peneliti: Swasta penting bantu mitigasi pembiayaan risiko bencana alam
Baca juga: BMKG gelar Sekolah Lapang Gempa tingkatkan edukasi mitigasi bencana
Baca juga: Akademisi ingatkan pentingnya mitigasi bencana berbasis riset

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021