"Karena itu hanya operator yang mampu meraih volume besar saja yang akan mampu bertahan menyediakan layanan data tersebut dan mengembalikan investasi yang demikian besar," katanya menjawab ANTARA di Nusa Dua, Bali, Kamis malam.
Ia mengungkapkan hal itu setelah menerima penghargaan "Platinum Contact Center Indonesia 2010" di sela-sela konferensi "Asia Pasific Contact Center Association Leaders" (APCCAL) yang diikuti operator seluler dari berbagai negara dan didukung Kementerian Kominfo, Telkom Indonesia serta sejumlah perusahaan lainnya.
Sarwoto mengakui, akibat kompetisi yang begitu jor-joran, pihaknya pun akhirnya menyesuaikan tuntutan pasar dengan menurunkan tarif paket layanan akses BlackBerry dari Rp150 ribu menjadi hanya Rp99 ribu per bulan.
"Selisih harga atau pendapatan saat ini yang hanya sekitar satu dolar AS dari setiap paket layanan data tak terbatas itu, harus bisa mencukupi biaya perawatan, gaji pegawai dan lainnya," katanya didampingi VP Customer Lifecycle Management Telkomsel Hastining Bagyo Astuti.
Oleh karena itu, hanya kemampuan merebut volume pasar yang besar dan strategi cerdas dalam mengelola usaha seluler saja yang akan membuat bisnis layanan data tersebut bisa bertahan.
Menurut dia, tingkat persaingan bisnis layanan data menjadi semakin sengit, mengingat pada era kini sangat tidak mungkin ada perusahaan seluler yang tidak menyediakan jenis layanan tersebut.
"Tanpa mengikuti tren persaingan layanan data, maka sama saja membuat perusahaan operator seluler tak akan dilirik oleh pangsa konsumen yang akan menjadi yang terbesar setelah tren sebelumnya pada layanan pesan singkat (sms) dan layanan suara (voice)," ujarnya.
Berdasarkan tren bisnis teknologi informasi dan komunikasi (ICT) saat ini, meskipun persaingannya begitu ketat, pihaknya berani menanamkan investasi mencapai sekitar 60 juta dolar AS.
"Rencana investasi besar itu kini masih dalam proses pelelangan. Itu akan membuat kemampuan perusahaan dalam merebut pasar layanan data bisa mencapai volume besar, bahkan yang terbesar," kata Sarwoto optimistis.
Atas dasar fakta persaingan bisnis yang begitu ketat itu, ia juga mendukung perkiraan berbagai pihak bahwa ke depan dari belasan operator seluler yang kini beroperasi di Indonesia, kemungkinan hanya empat atau lima perusahaan saja yang akan mampu bertahan.
"Cepat atau lambat, perkiraan berbagai pihak itu sangat mungkin menjadi kenyataan. Investasinya begitu besar, persaingan begitu sengit, sementara tren setiap jenis layanan tidak berlangsung lama. Yang tidak bisa merebut volume besar tentu akan sulit untuk bisa bertahan," kata Sarwoto mengingatkan. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010