Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik dua poin menjadi Rp8.930-Rp8.940 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.932-Rp8-Rp8.942.
Kepala Treasury PT OCBC NISP Suriyanto Chang di Jakarta, Kamis mengatakan, Bank sentral China menaikkan suku bunga acuan pinjaman dan deposito satu tahun masing-masing sebesar 25 basis poin, sebagai upaya Beijing untuk menahan inflasi dan harga properti yang melonjak.
Akibatnya banyak permintaan dari konsumen terhadap mata uang China, Yuan, katanya.
Penguatan rupiah yang relatif kecil itu, menurut dia, karena pelaku pasar percaya pernyataan Bank sentral AS bahwa ekonomi Amerika Serikat akan tumbuh pada tingkat yang moderet setelah dana paket stimulus dikeluarkan.
"Namun kenaikan rupiah relatif kecil, karena pelaku belum antusias melakukan pembelian terhadap rupiah," katanya.
Suriyanto Chang mengatakan, bursa Wall Street juga membaik terpicu oleh laporan laba perusahaan di Amerika dan merosot nilai mata uang negara Paman Sam itu.
Dolar merosot terhadap mata uang Jepang, menjadi 81,12 yen dari 81,54 yen. Euro berpindah tangan pada 1,3995 dolar naik dari 1,3726 dolar.
Menurut dia, peluang rupiah untuk naik lebih besar pada Kamis kemungkinan masih terjadi, karena faktor positif makin tumbuh.
"Kami optimis rupiah akan kembali naik lebih besar asalkan Bank Indonesia (BI) tidak masuk pasar menahan laju kenaikan rupiah, " ucapnya.
(H-CS/S004)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010