Islamabad (ANTARA News/IRNA-OANA) - Seorang peneliti Pakistan pada Selasa mengatakan bahwa Iran selalu siap untuk menyelesaikan perbedaan mereka dengan Barat terkait program nuklir damainya.
Berbicara kepada IRNA, Dr. Syed Qandil Abbas, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Islam Internasional mengatakan bahwa Iran sebagai penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) tentu dapat menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai.
Ia mengacu kepada pernyataan Ali Akbar Salehi dari Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), yang menyebutkan bahwa Iran siap mendiskusikan isu pertukaran energi atom dalam pembicaraan dengan para kekuatan dunia mendatang, yang menunjukkan jujurnya Iran dalam mengembangkan teknologi nuklir damainya.
Ia mengatakan bahwa ditinjau dari situasi politiknya, pemerintah Iran telah mencoba untuk memenuhi semua permintaan Barat dan perkembangan paling besarnya adalah kesepakatan pertukaran bahan bakar nuklir.
"Iran juga selalu siap untuk kerja sama dengan komunitas internasional soal program nuklirnya," tambahnya.
Ia kemudian menyesalkan sikap Barat terhadap Iran yang terus menganggap bahwa Iran menunjukkan kesan "tidak kooperatif" kepada Barat terkait isu nuklir itu.
Para analis juga memberikan pandangan bahwa Iran sebetulnya bersifat transparan.
Dr. Syed Qandil Abas menyampaikan pandangannya bahwa permintaan logis kepada pemimpin Iran terkait program nuklir harus berdasarkan kepada keadilan.
Ia mengatakan bahwa pembicaraan tersebut harus berorientasi kepada hasil dan Iran harus diberikan keuntungan dari pembicaraan itu.
"Sikap diskriminatif tidak seharusnya diterapkan terhadap Iran," katanya.
Ia mengatakan bahwa Dewan Energi Atom Internasional (IAEA) sejauh ini telah gagal menemukan bukti yang dituduhkan terhadap program nuklir damai Iran.
"Program nuklir Iran tidak merupakan jalan untuk penguasaan senjata nuklir," katanya tegas.
Iran menyalahkan Barat termasuk enam kekuatan dunia yang terlibat dalam negosiasi nuklir --Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan AS-- karena telah menolak upaya diplomasi guna mengakhiri sengketa energi nuklir itu.
Pada 17 Mei Iran, Brazil dan Turki menandatangani deklarasi pertukaran bahan bakar nuklir, yang kemudian diikuti dengan pengumuman Teheran atas kesiapannya menukarkan 1.200 kg uranium dari tanah Turki yang telah melalui proses pengayaan untuk penelitian medis.
Dewan Keamanan PBB bersikap dingin terhadap deklarasi tersebut, yang diikuti pemberlakuan sanksi tahap empat terhadap sektor keuangan dan militer Iran-- diikuti oleh aksi embargo sepihak oleh AS dan Uni Eropa.(*)
(Uu.KR-PPT/H-AK/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010