Akibatnya, berbagai tanaman petani terutama padi yang baru saja disemai maupun menjelang panen mengalami rusak berat.
"Daerah sini memang selalu menjadi langganan banjir, terutama jika di wilayah hulu hujan lebat," kata Nasrul, warga Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Rabu.
Desa Nasrul memang menjadi salah satu desa terparah mengalami banjir.
Air bah yang meluap dari aliran anak Sungai Grindulu merendam hampir 80 persen areal persawahan maupun pemukiman di desa ini hingga setinggi lutut orang dewasa.
Banjir yang datang mulai pukul 19.00 WIB tersebut memang tidak sampai menyebabkan jatuhnya korban jiwa ataupun kerusakan fisik bangunan secara berarti.
Namun akibat rendaman air bah hampir tiga jam lebih di wilayah ini telah menyebabkan hampir seluruh tanaman pertanian warga porak-poranda.
"Kami sempat mengungsikan sejumlah barang dan harta benda yang ada di rumah karena khawatir banjir semakin meninggi. Tapi untung akhirnya tidak sampai parah," ujarnya.
Selain melanda Desa Arjosari, luapan air Sungai Grindulu juga menerjang empat desa lain di sekitarnya, yakni Desa Gayuhan, Mlati, Sedayu, serta Arjosari.
Banjir tersebut terjadi setelah hujan deras turun selama tiga jam sehingga permukaan Sungai Grindulu meluap setinggi lutut orang dewasa.
Bencana yang melanda kawasan langganan banjir ini semakin parah karena air yang memenuhi sejumlah anak sungai Grindulu merupakan "kiriman" dari wilayah hulu, seperti dari Kecamatan Bandar, Nawangan, serta Tegalombo.
Selain banjir bandang di lima desa di Kecamatan Arjosari, bencana juga terjadi di wilayah Kecamatan Nawangan.
Di daerah ini beberapa titik lereng bukit mengalami longsor.
Kondisi terparah terjadi di jalan penghubung antara Kecamatan Nawangan dan Bandar, tepatnya di Dusun Wadang, Desa Sempu.
Di titik jalur antarkecamatan ini bongkahan batu seukuran truk jatuh dari perbukitan tepat di atas badan jalan sehingga menyebabkan jalur Kecamatan Nawangan dan Bandar sampai saat ini putus total. (ANT-130/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010