London (ANTARA News) - Pementasan malam budaya "A Night in Bali", yang digelar KBRI/PTRI Wina bekerja sama dengan Museum Fur Volker Kunde, memukau sekitar 400 undangan dari komunitas diplomatik, masyarakat Austria dan warga Indonesia di Wina, Austria.

Counsellor Pensosbud KBRI Wina, Sulistijo Djati dalam keterangannya kepada ANTARA News London, Rabu, mengatakan, malam budaya Bali di Austria tidak hanya sekadar penampilan budaya tetapi juga sekaligus peluncuran buku edisi luks berjudul "Balinese Art in Transition" yang digelar di Museum Fur Volker Kunde, Wina, Austria.

Dikatakannya, buku edisi luks berjudul "Balinese Art in Transition" merupakan sebuah testamen tentang penemuan kumpulan benda-benda seni dan artefak budaya Bali yang tercecer jauh di negeri seberang, Austria.

Koleksi seni budaya Bali milik Helene Potjewyd itu didonasikannya secara sukarela kepada Museum Ethnology, Austria, pada 1946 dan diangkat ke publik dalam suatu penyusunan katalog yang dirintis awal 2010 bersamaan dengan kedatangan Dubes RI baru di Wina, I Gusti Agung Wesaka Puja.

Pada malam pentas budaya Bali itu, kumpulan seni budaya bernilai tinggi Bali dirajut kembali dan dibingkai dengan ulasan lengkap beberapa potret benda-benda seni dan warisan budaya Bali.

Koleksi yang disarikan melalui katalog kumpulan tulisan dan potret seni budaya Bali tertuang apik dalam buku Balinese Art in Transition.

Direktur Museum Etnologi, Austria, Dr Christian F Feest tidak mengatakan penelusuran puluhan tahun ke belakang tentang sejarah benda-benda seni dan budaya Bali di Austria akan terkuak melalui flashback pentas budaya malam tersebut.

Kolaborasi bersama KBRI/PTRI Wina dengan Museum Fur Volker Kunde dalam peluncuran buku itu, mengukuhkan daya magnetis Bali sebagai salah satu ikon budaya Indonesia.

Dubes RI di Wina, I Gusti Agung Wesaka Puja dalam sambutannya menuturkan inspirasi seorang Helene Potjewyd yang dinilai sangat menghargai maha karya oriental budaya Bali.

Meski tak banyak orang seperti Helene, Dubes Puja, mengharapkan eksotika budaya Indonesia yang sangat kaya dipastikan tersimpan rapih di memori banyak orang yang pernah mengunjungi Indonesia, dan Bali khususnya.

Dubes Puja juga menyinggung peran penting seorang Werner Kraus bersama Walter Spies yang mencurahkan banyak tenaga dan pikiran pada penemuan kembali karya-karya seni dan budaya yang menjadi "cross-cultural fertilization" dalam koleksi katalog "Balenese Art in Transition".

Kraus dan Spies menjadi orang terakhir pada tahun 2009 yang mengangkat ke permukaan kekayaan nilai koleksi seni budaya Bali tersebut, ujarnya.

Tribute pentas budaya malam itu, tak pelak lagi seolah-olah menjadi persembahan kepada Helena, Kraus dan Spies.

Rangkaian pertunjukan tari klasik seperti Panji Semirang, Rejang Dewa, dan Oleg Tambulilingan mendemonstrasikan arti mendalamnya penghargaan tersebut.

Bahkan, para pemain gamelan Bali yang didominasi wajah-wajah asing warga Austria menyelami perasaan dengan memainkan sentuhan bait demi bait dalam irama gamelan yang menyentuh hati.

Malam itu, permainan nada dan irama apik khas Bali yang magis mewakili perasaan umum apresiasi tinggi pada Helena, Kraus dan Spies. Dubes Puja juga larut dalam pentas dan ikut memainkan kenong dan gendang bersama dengan para pemain gamelan setempat.

Penampilan yang melengkapi pentas malam budaya Bali yang ditutup dengan pembagian buku "Balinese Art in Transition" kepada setiap pengunjung yang memadati hall Museum Fur Volker Kunde, Wina, Austria serta jamuan santap malam makanan khas Bali.
(H-ZG/A041)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010