Ambon (ANTARA News) - Taman Budaya Provinsi Maluku kembali menggelar Konser Musik Tradisonal Suling Bambu yang merupakan agenda tahunan di gedung teater tertutup Taman Budaya, Karang Panjang, Ambon pada 10 Desember 2010.
"Kegiatan ini sudah kami adakan sejak tahun 2006 dan akan melibatkan sekitar 100-an musisi dari berbagai sanggar, sekolah, universitas dan desa di Pulau Ambon," kata Kepala Taman Budaya Maluku, Semmy Toisutta kepada ANTARA di Ambon.
Ia menyatakan, pertunjukan musik yang menjadi agenda tahunan Taman Budaya itu kembali diadakan untuk tetap melestarikan musik tradisional Maluku, khususnya suling bambu yang belakangan ini sudah berkurang peminatnya.
"Tiap tahun konser ini digarap oleh pakar musik dari Taman Budaya Maluku, yakni Maynart R. Alfons sebagai komposernya," katanya.
Menurut Toisutta, Taman Budaya akan mencoba untuk menggaet sponsor agar pertunjukan musik tersebut dapat disiarkan secara nasional, sehingga musik tradisional Maluku juga dapat disaksikan oleh masyarakat dari provinsi lain di Indonesia.
"Sebagai langkah awal kami mengundang beberapa orang dari sponsor untuk menyaksikan konser ini agar bisa memberikan masukan apakah layak untuk dipublikasikan ataukah harus ada pengembangan lagi," katanya.
Komposer Molucca Bamboo Wind Orchestra, Maynart R. Alfons mengatakan, grup orkestranya akan membawakan enam buah repartoir, yakni St. Elmo?s Fire milik David Foster, Over The Rainbow karya Arlen Harold & Harburg E.Y, Rinduku Pada Mu karangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Damai Bersama Mu oleh John Sahilatua, serta dua karyanya sendiri "Oksigen" dan "Nesa".
"Orkestra ini didukung oleh paduan suara Mara Christy Choir dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon dan beberapa penyanyi solo, seperti Vera Manuputty, Michel Mailuhu dan Marioni Serhalawan," katanya.
Ia menambahkan, 140 seniman yang tergabung dalam Molucca Bamboo Wind Orchestra terdiri atas 140 seniman dengan latar belakang yang berbeda-beda, yakni pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, tukang tifar (pembuat sopi), tukang ojek, tukang becak, montir bengkel, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan PNS, Polisi dan pensiun Polisi serta tukang bangunan.
"Semuanya bisa bermusik, hanya saja tidak bisa membaca notasi balok, maka saya menggubahnya menjadi notasi angka karena mereka lebih mudah memahaminya," kata Maynart R. Alfons.(*)
(T.KR-IVA/H-KWR/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010