Lumajang (ANTARA News) - Kepala Pos Pantau Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Suparno mengimbau para penambang pasir di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mewaspadai aliran lahar dingin selama musim hujan.
"Kami minta penambang pasir yang bekerja di daerah aliran sungai yang dilalui lahar dingin selalu waspada, apabila arus lahar dingin semakin deras," kata Suparno, saat dihubungi di Lumajang, Selasa.
Beberapa kali, truk yang nekat mengangkut pasir di Sungai Besuk Sat di Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang terjebak di aliran lahar dingin Semeru karena arus yang cukup deras.
Menurut dia, puncak Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan lau (mdpl) tertutup kabut, namun tidak terjadi hujan deras di kawasan puncak.
"Kemungkinan debit air di lahar dingin Semeru meningkat karena hujan yang mengguyur di kawasan lereng Gunung Semeru," paparnya.
Pemantauan terakhir, kata dia, tercatat jumlah gempa letusan masih kategori normal yakni sebanyak 70 letusan kecil dan tidak ada aktivitas yang meningkat.
"Kalau curah hujan tinggi, petugas PPGA Semeru di Gunung Semeru dapat memantau dengan jelas karena ada alat perekam yang memantau curah hujan di kawasan puncak Semeru," terangnya.
Sejauh ini, kata dia, aktivitas di kawah Semeru (Jonggring Saloko) tidak menunjukkan peningkatan, namun warga di sepanjang daerah sungai yang dilalui lahar dingin harus tetap waspada.
"Warga yang beraktivitas di sepanjang aliran lahar dingin Semeru juga harus waspada. Apabila debit air meningkat, maka warga harus menghentikan aktivitasnya demi keselamatan," tuturnya menjelaskan.
Hal senada juga disampaikan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Pemkab Lumajang, Rochani.
"Saya imbau warga Kabupaten Lumajang waspada terhadap aliran lahar dingin Gunung Semeru, selama musim hujan ini," kata Rochani.
Daerah aliran sungai yang dilalui lahar dingin Semeru berada di Sungai Besuk Sat, Besuk Bang, dan Besuk Kobokan.
"Sungai itu melewati enam kecamatan yakni Kecamatan Pasirian, Candipuro, Pasrujambe, Tempeh, Tempursari, dan Pronojiwo," katanya. (ANT-070/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010