Selama kurun waktu tujuh tahun terakhir ini, banyak pengalaman dan cerita, suka dan duka yang saya alami
Jayapura (ANTARA) - Gubernur Papua Lukas Enembe meluncurkan tiga buku terkait kondisi Bumi Cenderawasih, baik dari sisi pembangunan hingga otonomi khusus, dua di antaranya merupakan karya pribadinya.
Ketiga buku tersebut berjudul "Membuat Lurus Soal Otonomi Khusus", "Torang Bisa PON XX Supremasi dan Kemuliaan Papua" serta "Jatuh Bangun Lukas Enembe: Merakit Kisah, Membongkar Fakta Gubernur". Buku yang terakhir ditulis oleh Elpius Hugi, Sekretaris Pribadi (Sekpri) Lukas Enembe.
Gubernur Lukas Enembe dalam sambutannya melalui pertemuan virtual, di Jayapura, Senin, mengatakan sejak diamanahkan dan diberi kepercayaan oleh rakyat serta dilegitimasi oleh Pemerintah Republik Indonesia memimpin penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan, maka dirinya berkomitmen memimpin sebuah gerakan perubahan di Provinsi Papua, dengan mengedepankan tagline Gerbangmas Hasrat Papua (Gerakan Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera, Harapan Seluruh Rakyat Papua).
"Berdasarkan perenungan dan pergumulan, saya berkeyakinan bahwa dengan memperhatikan kompleksitas masalah, maka perubahan di Papua membutuhkan energi dan sumber daya yang besar, karenanya harus dijadikan sebagai gerakan bersama seluruh komponen anak bangsa yang dianugerahi Tuhan untuk hidup di wilayah Provinsi Papua, tanah yang diyakini telah diberkati, bahkan dijuluki sebagai 'surga kecil yang jatuh ke bumi'," katanya.
Menurut Lukas, masyarakat Papua harus merasa nyaman dan bahagia hidup di atas Tanah Papua, Orang Asli Papua (OAP) harus mendapatkan hak kesulungannya untuk hidup layak di atas tanahnya di mana Papua harus dilepaskan dari kesan terbelakang, terisolasi, termiskin, ketidakamanan dan lain sebagainya, yang seakan merendahkan harkat dan martabat sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.
"Sejak awal diamanahkan Tuhan, dipercayakan masyarakat Papua, dan disahkan Pemerintah sebagai Gubernur Papua, selama kurun waktu tujuh tahun terakhir ini, banyak pengalaman dan cerita, suka dan duka yang saya alami," ujarnya lagi.
Dia mengharapkan semoga ketiga buku ini menjadi pembelajaran bagi semua dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan khususnya di Provinsi Papua dan di Indonesia pada umumnya, di mana buku ini pantas menjadi bahan bacaan bagi semua, khususnya bagi calon-calon pemimpin di Provinsi Papua dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat di masa yang akan datang.
"Kebersamaan menjadi modal sosial dan kultural dalam melangkah serta bekerja ke depan mengantarkàn Papua menjadi provinsi yang berdaya saing, juga terkemuka sebagai representasi Indonesia di kawasan Pasifik," katanya lagi.
Dia menambahkan, disadari bahwa tidak semua pengalaman dan cerita tersebut yang terungkap serta belum banyak diketahui oleh publik atau masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik dan mengapresiasi penerbitan buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe: Merakit Kisah, Membongkar Fakta Gubernur Papua” yang ditulis oleh Elpius Hugi.
"Sebagai seorang yang saya percaya selaku sekretaris pribadi (sespri) Gubernur Papua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, saya yakin Elpius Hugi memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menceritakan secara baik perjalanan Gubernur Papua dari masa ke masa, beserta potret masing-masing gubernur, secara khusus pada masa periode saya," ujarnya lagi.
Senada dengan Lukas Enembe, Elpius Hugi mengatakan narasi yang disampaikan dalam buku ini akan membuka perspektif baru, dan bahkan paradigma baru untuk melihat bagaimana cara pandang pemerintah pusat terhadap para pemimpin di Papua.
"Benang merah yang saya tarik dalam buku ini adalah kentalnya politik curiga, saling menuduh, saling menyalahkan, politik ketidakpercayaan antara Jakarta kepada para gubernur di Tanah Papua," katanya pula.
Baca juga: Lukas Enembe minta masyarakat tak terprovokasi polemik Plh Gubernur
Baca juga: Gubernur Papua minta kepala daerah klaster PON amankan wilayahnya
Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021