Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) memproyeksikan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap dapat menyerap 30.000 tenaga kerja per tahun untuk setiap satu gigawatt listrik yang dihasilkan.
"Sebanyak 30.000 orang per satu gigawatt tenaga kerja langsung dan tidak langsung," kata Wakil Ketua Umum AESI Anthony Utomo dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin.
Anthony menjelaskan pihaknya tengah membentuk ekosistem yang tidak hanya membuka peluang pasar PLTS atap, tetapi juga memastikan ketersediaan penyedia jasa terampil melalui program Solarpreneur.
AESI mengadakan berbagai pelatihan dan roadshow ke banyak daerah untuk menciptakan iklim wirausahawan di bidang UMKM energi.
“Di AESI salah satu program kami adalah penciptaan Solarpreneur atau wirausahawan yang
bergerak di bidang UMKM energi dengan slogan #seribupeluangkerjahijau," ujar Anthony.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa angka pertumbuhan sel surya di Indonesia dalam tiga tahun terakhir mencapai 486,49 persen.
Pada 2018, jumlah pelanggan listrik surya PLN hanya ada 500 pelanggan yang kemudian meningkatkan menjadi 3.473 pelanggan per Maret 2021.
Pertumbuhan yang hampir lima kali lipat itu mengindikasikan tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan energi bersih.
"Bilamana pengguna tumbuh, maka UMKM energi bisa mendapatkan pasar dan ujungnya memberikan multiplier effect dalam menumbuhkan lapangan pekerjaan yang bisa membantu pemulihan ekonomi nasional," terang Anthony.
Selain berpotensi menyerap banyak tenaga kerja karena permintaan yang meningkat, pengembangan industri surya di dalam negeri juga dapat menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 1,03 juta ton per tahun.
PLTS atap dapat menjadi solusi strategis pemerintah untuk penyediaan akses energi yang berkualitas, berkelanjutan, dan tidak membebani negara.
"Pemasangan satu gigawatt peak PLTS atap untuk penggantian subsidi listrik akan menurunkan jumlah subsidi sebesar Rp1,3 triliun rupiah per tahun," pungkas Anthony.
Baca juga: Pertumbuhan sel surya di Indonesia capai 486 persen dalam tiga tahun
Baca juga: AESI: harga rokok lebih mahal ketimbang cicilan panel surya
Baca juga: AESI dorong penguatan ekosistem PLTS di Indonesia
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021