Menurut Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) setempat, Rival Cahyadi, di Kandangan, ibu kota HSS, air bah datang dengan tiba-tiba dan sangat cepat.
"Gelombang air bah terjadi sekitar pukul 14.20 Witta dengan sangat cepat, setelah sebelumnya turun hujan lebat," ujarnya.
Meski terjadi tak lebih dari 30 menit, namun terjangan air bah berhasil menghancurkan dan menghanyutkan enam rumah dan satu mushola yang dibangun di bantaran sungai Amandit hingga hilang tak berbekas.
Terjangan air bah juga membuat satu jembatan di Desa Tanuhi di kecamatan yang sama menjadi miring sehingga nyaris tidak dapat dilalui.
"Saat ini air sungai Amandit sudah mulai surut meski debitnya masih lebih tinggi dari biasanya, yaitu naik sekitar satu meter," katanya.
Hingga saat ini, tim Tagana dan unsur Muspika setempat masih berada di lokasi untuk melakukan evakuasi terhadap korban yang rumah mereka hilang diterjang air bah.
Para korban sementara diungsikan ke rumah penduduk yang letak rumahnya lebih jauh dari daerah aliran sungai Amandit.
"Berdasarkan hasil koordinasi kami dengan pihak kecamatan setempat, rencananya akan segera dibangun dapur umum," tambahnya.
Meski luapan air bah sudah surut tetapi dikhawatirkan akan melanda dan menerjang pemukiman penduduk di Kota Kandangan yang mendiami bantaran sungai Amandit.
Karena itulah, beberapa petugas Unit Reaksi Cepat Tim Tagana setempat bergerak menuju Kota Kandangan untuk melakukan antisipasi dan upaya meminimalisasi kemungkinan akan adanya korban.
Pemukiman penduduk yang berada di sepanjang bantaran sungai Amandit dari Desa Malinau hingga Kota Kandangan juga diperingatkan agar berhati-hati terhadap kemungkinan diterjang air bah, demikian Rival Cahyadi.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010