Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri membantah telah mempersulit prosedur bagi kapal "Rainbow Warrior" milik lembaga swadaya masyarakat Greenpeace yang hendak memasuki perairan Indonesia.

"Tidak ada kesan dan niat sama sekali untuk pemerintah membatasi atau memperuslit siapa pun juga, namun itu semua ada proses dan persyaratan untuk memasuki Indonesia," jelas Menlu Marty Natalegawa kepada wartawan seusai acara pelantikan Sekretaris Jenderal Kemlu di Jakarta, Senin.

Berdasarkan informasi yang diterima, kata Menlu, Rainbow Warrior mengajukan permohonan untuk memasuki Indonesia selama tiga bulan untuk kegiatan pariwisata, namun hanya menjelaskan enam hari kegiatan dalam surat permohonannya.

Menlu juga ingin menggarisbawahi bahwa pemerintah juga memiliki pandangan yang sama dalam perlindungan lingkungan, tetapi agen yang mewakili izin kapal Greenpeace tersebut tidak menjelaskan secara detil rencana kegiatan mereka selama tiga bulan di Indonesia.

Sebelumnya, perwakilan Greenpeace Asia Tenggara Nur Hidayati mengatakan pihaknya belum menerima jawaban tertulis dari Kemlu soal kapal mereka.

"Kita menunggu jawaban tertulis, karena sejauh ini kita masih diombang-ambingkan. Baru ada pernyataan lisan. Kalau Kemlu sudah menyatakan menolak, kami harap ada jawaban tertulis," katanya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi mendukung kebijakan Pemerintah yang menolak kedatangan Kapal Greenpeace, Rainbow Warriors ke Indonesia karena agenda pencinta lingkungan itu diduga membawa misi terselubung yang akan merugikan Indonesia.

Ia curiga pengusaha asing yang produknya kalah bersaing dengan produk-produk Indonesia memanfaatkan LSM Greenpeace untuk melakukan kampanye hitam guna menjatuhkan produk dalam negeri dengan dalih kelestarian lingkungan terancam.

Sofyan mempertanyakan mengapa hanya Indonesia yang menjadi sasaran kampanye lingkungan padahal banyak negara maju yang justru menjadi penyumbang pemanasan global karena industrialisasinya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsyad meminta pemerintah waspada dengan kehadiran Greenpeace di Indonesia, termasuk rencana kedatangan kapal mereka, Rainbow Warrior, ke Indonesia. Bila perlu tetap bersikukuh menolak mereka. "Hati-hati terhadap agenda Greenpeace," kata Asmar.

Asmar meminta pemerintah tidak takut terhadap hal yang berbau Eropa, terutama jika ada kegiatan dapat dikatakan kolonialisme baru karena hal itu dapat merugikan Indonesia.

Asmar menegaskan, pengusaha dan petani sawit sangat mencintai lingkungan. Mereka membuka lahan sawit setelah mendapat izin resmi dari pemerintah. "Justru Eropa yang paling banyak merusak lingkungan,” kata dia.

Diberitakan pula, Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan bahwa jika ada pelarangan maka tentu disertai pertimbangan dan bukti yang jelas. "Pemerintah pastinya ditunjang data yang sangat komplit," katanya.

edangkan Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Von Hernandes membantah bahwa kedatangan kapal "Rainbow Warrior" ke Indonesia memiliki agenda tersembunyi sehingga dihalangi pemerintah.

Menurut Greenpeace, rencana awal kedatangan kapal tersebut di Indonesia akan melakukan kegiatan kampanye promosi solusi perubahan iklim dengan efisiensi energi dan energi terbarukan.

Kampanye yang dibawa oleh "Rainbow Warrior" bertemakan "Turn The Tide" di Asia Tenggara tersebut dilakukan di tiga negara yaitu Thailand, Indonesia dan Filipina.

(KR-IFB/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010