Palu (ANTARA News) - Lima warga korban longsor di Dusun Bungini, Desa Bunta, Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada Selasa (12/10), hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Kolonodale.

"Sampai malam ini, lima korban masih dalam penanganan pihak Rumah Sakit Umum (RSU) Kolonodale, tiga di antaranya rawat nginap dan dua lagi rawat jalan," kata Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Petasia AKP Muhammad Djaman yang dihubungi ANTARA melalui telepon dari Palu, Minggu.

Kapolsek Djaman mengatakan, kelima korban yang masih dalam perawatan intensif itu yakni Thamrin (27) mengalami nyeri di dada, luka robek di kepala, dan sakit di leher.

Korban Suhardin (20), mengalami luka lecet punggung kiri dan tangan kiri, serta hematon (keluar darah) dari hidung, Herian (30), mengalami luka nyeri dada akibat tertimbun pasir dan luka lecet di bahu kiri.

Berikutnya korban Yarhuni (33) mengalami luka nyeri dada kanan, tangan kanan tidak bisa digerakkan, dan nyeri punggung kanan, sementara korban terakhir bernama Suaib (18) dirawat karena mengalami luka lecet di kedua kaki, luka lecet dada kanan dan belakang, serta luka lecet siku kiri kanannya.

"Semua korban yang dirawat itu adalah karyawan PT Agro Nusa Abadi (ANA). Mereka itu adalah sebagian korban luka-luka yang berjumlah 18 orang," kata orang pertama di Polsek Petasia itu.

Dia menambahkan, saat ini tim penyelamat gabungan polisi, TNI, PNS dan masyarakat masih terus mencari satu korban lagi yang belum ditemukan saat tanah longsor terjadi yakni bernama Aep.

Selain beberapa ekor anjing pelacak, dalam upaya pencarian itu, regu penyelamat juga mengerahkan lima alat berat milik PT ANA untuk menggali longsoran tanah.

Selain menewaskan 12 orang dan melukai 18 orang lainnya, longsoran itu juga menimbun tujuh buah truk dan sebuah excavator milik perusahaan serta enam barak pekerja perusahaan tersebut.

Para korban yang tewas itu diketahui bernama Martinus, Yaner, Abdul Malik, Evan, Jamris, Imran, Nober, Taswan, Jamaluddin, Norvin, Maman, dan Awi. (ANT-106/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010