Abuja (ANTARA News/Reuters) - Aparat intelijen Nigeria menangkap saudara pemimpin militan Henry Okah sehari setelah peringatan dikirim ke media melalui email bahwa serangan bom direncanakan dilakukan di Abuja, ibukota negara itu, kata satu sumber keamanan, Minggu.
Charles Okah ditangkap di daerah Apapa di kawasan komersial Lagos pada Sabtu atas tuduhan membantu mendanai dua serangan bom mobil di Abuja yang menewaskan sedikitnya 10 orang di dekat parade hari kemerdekaan pada 1 Oktober, kata sumber itu.
Henry Okah, tersangka pemimpin Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), ditangkap di Afrika Selatan tak lama setelah pemboman itu dan diadili di Johannesburg atas tuduhan terorisme.
Peringatan baru mengenai serangan bom itu dikirim ke kantor-kantor berita, termasuk Reuters pada Jumat. Pernyataan itu berasal dari alamat email yang sama dan ditandatangani oleh nama yang sama -- Jomo Gbomo, yang diyakini sebagai nama samaran -- dengan pernyataan sebelumnya yang memperingatkan serangan-serangan bom hari kemerdekaan sekitar satu jam sebelum peledakan.
Beberapa sumber keamanan mengatakan, mereka yakin sejumlah tokoh menulis email Jomo Gbomo, termasuk Henry dan Charles Okah. Hernry Okah telah membantah terlibat dalam serangan-serangan di Abuja.
"Kami menangkap Charles Okah di tempat persembunyiannya di Apapa kemarin," kata satu sumber Badan Keamanan Negara Nigeria (SSS) kepada Reuters.
"Selain menggunakan nama samaran Jomo Gbomo untuk mengancam dan menimbulkan kekacauan, ia disebut-sebut beberapa kali oleh para tersangka yang kami tahan sebagai sumber dana untuk ledakan-ledakan tersebut. Ia bersama kami di Abuja," kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.
Para ahli keamanan menduga bahwa Henry Okah -- yang menyetujui amnesti pemerintah tahun lalu setelah tuduhan penyelundupan senjata dan pengkhianatan terhadapnya dibatalkan -- dulu adalah otak MEND, meski ia membantah pernah menjadi pemimpin kelompok tersebut.
Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.
Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.
Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli 2009 membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan.
Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.
MEND, kelompok paling lengkap persenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni 2009.
Kelompok itu telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru.
MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron dan Agip.
Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010