Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya 12 orang tewas ketikaorang-orang bersenjata menyerbu deretan toko emas dalam perampokan yangnekad di Baghdad, ibukota Irak, Minggu, dan berakhir dengantembak-menembak dengan pasukan keamanan, kata beberapa sumber militerdan polisi.

Kelompok orang bersenjata itu menggunakan granattangan dan senjata ringan untuk membunuh tiga pemilik toko di sebuahpasar di distrik Mansour, Baghdad barat, kata satu sumber kementeriandalam negeri.

Ketika penyerang keluar dari pertokoan itu, mereka disambut olehprajurit dan polisi. Dua orang bersenjata, dua polisi, seorang prajuritdan empat warga sipil tewas dalam tembak-menembak tersebut, kata duasumber keamanan.

Pemerintah menyatakan belum mengetahui apakah penyerang toko emas itugerilyawan atau geng kriminal. Beberapa kelompok bersenjata melakukankejahatan untuk mendanai operasi mereka, dengan menyerang bank sertatoko-toko emas dan perhiasan.

Pada 30 September, pasukan keamanan menggagalkan upaya perampokansebuah bank pemerintah di Baghdad setelah orang-orang bersenjatameledakkan bom untuk mengalihkan perhatian aparat. Dua polisi tewasdalam tembak-menembak dengan penyerang dalam insiden tersebut.

Pada Juni, penyerang bunuh diri meledakkan mobil berisi bom di luarBank Dagang Irak, menewaskan 26 orang. Sepekan sebelumnya, sejumlahorang bersenjata dan penyerang bom bunuh diri mengepung bank sentralIrak di Baghdad, menewaskan 18 orang.

Insiden Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang kekerasanyang meningkat lagi di Irak dan terjadi hanya beberapa pekan setelahberakhirnya operasi tempur AS di Irak pada 31 Agustus.

Penarikan pasukan Amerika dilakukan bertepatan waktunya denganmeningkatnya serangan bom mobil dan penembakan yang ditujukan padapasukan Irak yang mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukanAS sejak 2009.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir, termasuksejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikanpasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarianberkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiapbulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran padaakhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur diIrak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadisekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagikeberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelahinvasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irakdan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh danKirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militerAS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatanserangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Iraktersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen dinegara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain padaJuli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut datapemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit --tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dandalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudianmenurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinyapeningkatan.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun laludalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedungpemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dankehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas danbisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkankekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikusberusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenaikemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dariserangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantangprajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 padapuncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010